Labels

Wednesday, August 28, 2013

FanFiction:Love In Next Life

Title                       :  Love In Next Life
Author                  : Salsabilla
Genre                   : Romance
Main Cast            :-Lee Sungyeol
                                -Jung Haneul
Other Cast          : -Infinite Member (Sungyeol’s Friend)
                                -Jang Eunho (Sungyeol’s Friend)
                                -Shin Seulbin (Haneul’s Friend)
                                -Park Hyunsu (Haneul’s Friend)
Note                      : Don’t copy without permission ;). Kalau fontnya warna biru, itu berarti flashback, ne? ‘-‘)b


*0330/2008= FOREVER AND PURE * Part 1
(Sungyeol POV)
                “Akhhhh, haruskah heung?!” ucapku frustasi sambil menjambak-jambak rambutku. Sudah setengah jam aku melakukan hal ini. Atau tepatnya 3 hari. Aku masih mondar mandir di sekitar bangku ku. Temanku, Eunho ikut frustasi melihat tingkah ku ini.
                “Yakh! Lee Sungyeol! Kau bodoh atau apa?! Apa susahnya heung?! Dia kan tetangga mu!” Bentak Eunho yang membuatku membeku seketika. Sepertinya dia sudah benar-benar muak melihat ulahku yang seperti orang bodoh ini.
                “Akhhh, kau tau sendirikan, aku adalah tetangga yang paling menyebalkan menurutnya dan apakah menurutmu....” Eunho memotong kalimat ku. Dia menarik tanganku dan membuatku duduk disebelahnya.
                “kau ini manusia super ribet di dunia...” sejenak dia berpikir. Aku merapikan rambut yang tadi kujambak karna frustasi. Setengah ketampananku hilang karena hal ini. dia menoleh ke arah ku. Sepertinya dia sudah mendapatkan ide yang cukup bagus.
                “Kalau kau tidak bisa mengungkapkannya dengan mulut mu, lakukan dengan cara lain.” Kali ini aku yang berfikir.
                “Cara lain....” gumamku
                “Ah, ne!Gomawo. Ini kamera mu. Mianhae baru aku kembalikan, aku lupa.....” aku segera merebut kamera itu. Melihat kamera itu, aku punya ide cemerlang.
                “Gomawo Jang Eunho! Kau sahabat terbaikku!” ucapku sambil menepuk bahunya lalu berlari meninggalkanya tanpa menghiraukan apa yang dia katakan. Aku berlari menuju sebuah kelas di ujung sana yang masih satu koridor dengan kelasku. Kelas sesosok manusia yang membuat ku kacau 3 hari terakhir.
                “Oh- Lee Sungyeol?” salah satu siswa di kelas itu terkejut melihat kedantangku dan menyebutkan namaku. Orang yang ku cari pun langsung melindik tajam kearahku.
Annyeong Neul-a!” Sapa ku ramah.
“Kau mau apa?” dengusnya kesal. Dia sangat cantik di saat-saat seperti ini. Hwaaa, Jung Haneul! Kau ini benar-benar titisan bidadari dari surga atau apa??? Sejenak aku hanya memandang wajahnya yang seperti kepiting rebus itu.
“Yakh! Yakh! Yakh! Kau mau apa kesini?!” ucapnya sambil memukul-mukul mejanya.
“Neul-a, jebal ikut aku sebentar, ini penting, gawat sekali!” aku mulai berakting.
“Heum? Ada apa? Cepat katakan!” Wks, aktingku berhasil!
“Ikut aku sebentar. Jebaaal!” aku menarik tangannya.
“Ishh, apa yang kau lakukan huh? Kau mau mati?!” Ucapnya kesal. Huft, aku kira aktingku bereaksi 100%.
“Ini tidak bisa dikatakan di depan umum, jebaaal, ikut aku sebentar!” ucapku menarik tangan Haneul lagi. Akhirnya dia pasrah dan menurutiku. Aku membawanya ke atap sekolah.
“Apa yang a...” CLIKK! Aku mengambil foto Haneul.
“Yakh, apa yang kau lakukan?” dia mengerutkan keningnya.
“menembakmu.” ucapku sambil menahan tawa.
“YE?!” matanya membulalak seakan mau keluar
“Iya membakmu! Sekarang, kau adalah miliku!” aku menahan tawa
MWO?!” Dia mengguncang-guncang bahuku
Nan Neomu, neumu, neomu Joah!” akhirnya tawaku pecah setelah mengatakan hal itu kepadanya. Aku melakukannya dengan gaya aegyo seorang Lee Sungyeol.
TAKKK! DUKKK!                1 jitakan dan 1 tendangan mendarat di tubuhku dalam waktu bersamaan. “Jangan pernah temui aku!” ucapnya kesal dan berjalan meninggalkanku.
“Neul-a, Haneul-a! Chakkaman...!” aku berjalan memincang ke arahnya. Dia berdiri membalikan punggung. Saat tiba disana aku meraih bahunya dan membuatnya berbalik. “Haneul-a... aku serius...”  ucapku lirih.
“Sejak kapan seorang Lee Sungyeol serius?” Ucapnya dengan nada meremehkan. Dia berpaling dari ku. Ku membuat dia berbalik lagi. Ku memdekatkan wajah ku ke wajahnya sambil memandang tajam matanya. Mungkin jaraknya hanya beberapa senti.
“Lihat mata ku... Aku benar- benar serius... Aku menyukai seseorang bernama Jung Haneul. Tetangga ku. Kira- kira dia juga begitu tidak?” Aku tersenyum ke arahnya sambil memandang lurus matanya. Matanya juga memandang mataku.
“Hmm, sebelumku jawab, bisa lepaskan aku dulu?” dia mulai risih.#ambil snikers *baikan -_-*#
“hehehe, mianhae..” ucapku sambil menggaruk-garuk kepalaku yang tidak berkutu maupun ketombe (?). “Jadi... bagaimana?”
“Menurutmu?” kedua alisnya terangkat. Aku hanya mengeleng. “Nado. Nan Neomu, neumu, neomu Joah.” Ucapnya sambil menunjukkan senyumnya yang menapakan gusi dan sederet giginya yang rapi. Sontak aku memeluk erat tubuhnya.
“Yakhh, Lee Sungyeol, lepaskan, nanti ada yang melihat.” Ucapnya malu-malu.
Shiero! Biarkan saja yang lain melihat, biar mereka tau kalau Bulldog dan kepiting rebus ini berpacaran.” Aku tertawa lepas dan mengeratkan pelukan untuknya.
Mwo? Kepiting rebus? Siapa yang kau bilang kepiting rebus?!” Ucapnya dengan nada kesal.
Aku melepaskan pelukanku. “Lihat, lihat, kepiting rebusnya sudah matang. Sekarang diamatang, karna malu atau marah?” aku terkekeh.
“ishh..” TAKKK, dia menjitakku.
“appo...” aku mengelus-ngelus kepalaku yang terasa berdenyut karena jitakan itu.
“heheh, mianhae, sampai ketemu nanti.” Dia berlari menjauh dari ku dan menuruni tangga menuju koridor lantai 3. Aku masih terpaku di tempat. Mengingat kejadian 6 tahun lalu. Saat pertama kali aku bertemu dengannya.
Eomma, ada tetangga baru heum?” tanyaku pada eomma yang sedang memasak di dapur.
Aigoo, mereka pindah semalam tapi kau tidak tau?” tanya eomma heran.
Molla. Eomma kan tau aku aku susah dibangunkan.” Ucapku sambil menuangkan jus ke gelas.
“Yasudah, siram tanaman yang ada di pagar sana, sekalian potong cabangnya.”Eomma masih berkutat pada sup yang dimasaknya
Ne, eomma.” Segera aku memelesat ke halaman depan. Tak lupa memakai headset. Ku hidupkan air dan mulai menyiram semak yang digunakan untuk memagari rumahku. Saat sedang menyiram semak itu, sepertinya aku mendengar suara. Lama kelamaan entah kenapa suara itu terdengar semakin deras. Seperti orang berteriak. Aku melepaskan headset ku.
“YAKHHH!!!! SIAPA YANG MELAKUKAN INI?!” jantungku rasanya mau lepas, telingaku rasanya mau pecah mendengar suara yang melebihi gelombang roket yang lepas landas (?). Aku segera menuju ke luar pagar dan menemukan sesosok yeoja yang sebaya denganku yang mirip dengan kucing masuk got (?).*plakkk
“Aaa, jadi kau yang melakukannya heum?!” yeoja itu melindik tajam ke arah ku.
Ye?” dahiku berkerut
“KYAAA! Karena kau aku jadi basah kuyup begini!” ucapnya kesal dan melindik tajam ke arahku.
Ne? Karna Ku? Yang salah itu mu. Kalau berjalan itu lihat-lihat.” Ucapku tak berosa.
“Aishh, apa dia tuli, dari tadi aku berteriak dan dia baru datang. Aishh, yang benar saja” Gumamnya ketus.
Mwo? Tuli? Siapa yang kau sebut tuli, huh?!” mataku membulalak.
(Sungyeol POV End)
(Haneul POV)
Kringgggg!!! Kringggg!!! Kringggg!!!
                Semua siswa berhamburan keluar kelas. Akhirnya jam sekolah yang melelahkan ini berakhir juga. Aku berjalan menuruni tangga menuju koridor lantai satu sekolah ini bersama Park Hyunsu dan Shin Seulbin, teman ku.
                “ehmm, jadi kita mau kemana?” tanya Haneul.
                “Ayo, ke toko CD! Mungkin ada film bagus.” Ajak Seulbin.
                “Kajja! Aku mencari CD film hantu terbaru.” Hyunsu mengiyakan idenya Seulbin
                “Dasar Hyunsu, apa tak ada film lain yang kau tonton selain film hantu?” Seulbin dengan nada menggoda.
                “Jangan jangan dia...” Aku menghentikan ucapan sambil melirik iseng Hyunsu.
                “Dia apa heum?” mata Hyunsu membulalak, apa lagi matanya besar, ya seperti akan keluar.
                “Annyeong,Haneul.” Sapa Sungyeol sambil melambaikan tangan. Dia datang dari mana?!
                “Oh, annyeong, Sungyeol” ucapku sambil menunduk malu malu.
                “Hmm, pasti ada sesuatu diantara kalian.” Hyunsu menatapku curiga. Seperti Agen FBI yang  mengintrogasi pelakunya.
                “Ah, aku pinjam Haneul ya?” Dia menarik tangan ku.
                “hei, hei, kau mau apa?” dia menghentikan langkahnya karena mendengar ucapanku.
                “Oh, Arraseo, cepat bawa dia pergi, Sungyeol.” Hyunsu menatapku tanda mengoda.
                “Ne? Ta—tap-- pi kita akan ke toko CD...” Aku memberi Kode kepada Hyunsu agar tidak membiarkan aku bersama Sungyeol.
                “Ke toko CD kan bisa lain kali. Pergi saja sekarang. Lagi pula kan kau bisa di temani Sungyeol.” Seulbin sangat tidak membantu.
                “Berarti tidak apa apakan? Geurae,gomawo Hyunsu, Gomawo Seulbin.” Ucap Sungyeol cepat dan segera menarik tanganku. Aku hanya pasrah dan mendengus dalam hati ‘akting kalian bodoh’.
***
                “Sungyeol-a, kita mau kemana?” tanya ku heran. Kami menaiki bus.
                “Lihat saja nanti.” Sungyeol tersenyum ke arahku.
                Setelah beberapa saat, aku berhenti di sebuahhalte.
                “Taman Namsan?” Aku mengerutkan dahi.
                “Kau ingat tidak? Kita kan sudah menjadi Couple.”
                “Lalu?”
                “Aku ingin membuat kalung untuk kita.” Ucap Sungyeol menggenggam tangan ku. Gara gara dia muka ku seketika memerah.
                “Kau masih canggung ya?” Sungyeol menggoda ku.
                “Dasar namja iseng.” Aku meidik ke arahnya, tapi dia malah mendengus tertawa.
                “Kajja, ayo kita ke toko sebelah sana.”Ucapnya sambil menunjuk salah satu toko dan masih menggenggam tangan ku.
                Sesampainya di sana, aku melihat deretan model kalung yang keren. Seperti seleraku.
                “Neul-a, coba lihat lihat dulu kau ingin model yang mana?” Tanya Sungyeol.
                “Aku ingin yang ini. Tidak apa apa kan?” Aku menunjuk sebuah liontin kalung berwarna biru dengan rantai berwarna silver.
                “Kan aku bilang terserah pada mu.” Dia tersenyum ke arahku. Baru ku sadari senyumnya itu indah.
                “Ahjussi, aku ingin yang ini.” Sungyeolmenunjuk model kalung itu.
                Setelah beberapa menit, kalung itu siap.
                “Ini kalung mu.”  Sungyeol memberikan sebuah kalung kepada ku. ‘Lee Sungyeol+Jung Haneul=0330’ tulisan dikalung itu.
                “Coba buka liontin itu melalui bagian tengahnnya, ada sesuatu”. Aku membuka bagian tengahnnya. Fotonya Sungyeol.
                “Kau sangat...” ucapan ku terhenti karna aku sedang berpikir apa kata yang tepat untuk foto ini.
                “Tampan? Aku tau aku setampan itu. apa kau baru sadar? Cinta mengubah segalanya yah.” Dia PD sekali. Dia memperbaiki kerah bajunya dan merapikan rambut hitamnya itu.
                “Siapa yang mengatakan kau tampan, huh?” sebenarnya sih iya, batinku.
                “Sudah jelas dari mata mu... Matamu yang indah itu... ” Dia menyentuh wajah ku.
                “Ge--geurae? Aku juga ingin melihat foto ku dong.” Pipi ku mendadak memerah. Jadi dag dig dung begini.
                “Tara! Cantik kan?” seketika aku melindik tajam ke arah Sungyeol karena ulahnya. Kenapa harus foto yang ini?! Ekspresi ku hancur lebur di sini.
                “Apa tak ada foto lain, huh?!” Ucapku kesal.
                “Foto ini ku ambil saat aku menembakmu. Menurutku, foto ini sangat spesial.” Dia mulai menggodaku lagi.
                “Dasar menyebalkan, apa kau tak lihat kau menganga di foto ini?!” Aku cemberut. Mungkin karena menurutnya aku menggemaskan, dia mencubit pipiku.
                “Aigoo, Neul ku ini sangat menggemaskan ya...” Lalu dia berlari menjauh dariku, munking takut melihatku meledak lagi.
                “Lihat saja nanti kalau aku mendapatkan mu!” Teriak ku pada Sungyeol yang masih berlari.
***
Sungyeol dan aku duduk di bangku taman. Entah kenapa, taman namsan yang biasanya ramai mendadak sepi.
                “Sungyeol, boleh aku menanyakan sesuatu?”Dia hanya mengangguk sambil menhembuskan nafas panjang. “0330 artinya apa?”
                “Sekarang kan tanggal 30 maret, tanggal yang menurutku spesial.”
                “Kenapa?”
                “Kau tau angka 0 menunjukkan lingkaran artinya‘keabadian’, dan 3 melambangkan ‘kesucian atau keseluruhan’. Kalau angka 3 yang di depan di balik, akan membentuk angka 8 yang artinya ‘abadi’. Cinta seperti itulah yang ku ingin kan. Abadi dan suci.” Dia merapikan rambut yang menutupi keningku.
                “Aku tak menyangka dirimu seperti ini...” Tiba-tiba saja dia malah mengacak rambutku.
                “hehehe, bukan Lee Sungyeol namanya kalau tidak memiliki banyak sifat.” Ucapnya sambil tertawa.
                “Huh! Dasar namja iseng! Kau perusak suasana terbaik Tuan Lee.” Ucapku ketus. Di antara seribu isengannya itu dia punya jutaan kejutan yang indah. Salah satu itulah alasan kenapa Jung Haneul menyukai seorang Lee Sungyeol. Itulah dia, masih sebagai namja iseng dan menyebalkan 6 tahun yang lalu...
“Sungyeol-a, wae geurae?” ucap seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakang namja itu. siapa lagi kalau bukan Lee Ahjumma, tetanggaku.
“Oh, Lee ahjumma, annyeonghaseo.” Ucapku sambilmenunduk.
Ne, annyeonghaseo. Haneul-a, kenapa kau basah kuyup?” tanya Lee ahjumma heran kepada ku.
“Aku sedang berjalan di depan rumah ahjumma, tapi tiba-tiba saja ada yang menyiramku.” Ucapku sambil melindik kearah namja itu.
“Yakh, Lee Sungyeol, dasar anak nakal, jangan iseng begitu kepada orang lewat! Apa lagi ini tetangga kita! Dia ini tetangga baru kita.”Jadi ini anak laki-laki Lee ahjumma. Aku terkekeh melihat namja ini dimarahi eomma nya. “Tapikan  eomma...” ucapannya terpotong.
“Jangan banyak alasan! Haneul, kau masuk dulu, ne?” tawar Lee ahjumma
“Tapikan Eomma, rumahnya kan sejengkal dari sini. Masa kita bawa dia ke rumah?” Huh! Namja ini bagaimana?! Dasar menyebalkan!
"Rumahku terkunci. Mungkin Eomma dan Appa pergi sebentar.” Jawabku jujur dengan penuh kepolosan (?).
“ah, geurae? Kalau begitu masuklah dulu dan keringkan badan mu. Sungyeol-a, pinjamkan bajumu untuk Haneul.” Ucap Lee ahjumma ramah
“Aku bukan yeoja,eomma.” Ucapnya datar
”Aigoo, Lee Sungyeol, kau harus mempertanggung jawabkan perbuatan mu ini. Pinjamkan baju kaos mu. Apa kau tidak kasihan melihat dia basah kuyup kibat ulah isengmu? Apalagi rumahnya terkunci, nanti dia masuk angin.” Ucap Lee ahjumma panjang lebar dengan nada kesal kepada namja itu. Dia hanya mengiyakan perkatan Eomma nya. Sementara aku hanya diam dan menuruti perkataan Lee ahjumma karana aku memang membutuhkannya
“Gamsahamnida, Lee ahjumma.” aku membungkuk tanda hormat.

(Haneul POV end)
TBC

No comments:

Post a Comment