Labels

Tuesday, July 7, 2015

FF Helper Angel

Tittle : Helper Angel
Author : Salsabilla
Genre : Romace, Happy ending
Length : Oneshoot
Cast : -Bambam (GOT7)
  -Ahn Yein (OC)
  -Park Jinyoung / JR (Got7)  
Other Cast : -Park Jiyeon (T-ara)
 -Mark (Got7)
***
(Author PoV)
TAKKK!
Lagi-lagi bola baseball itu melambung tinggi melewati jaring pembatas arena itu. Orang-orang di sekitar sana berdecak kagum melihat sang pemukul bola yang tak lain dan tak bukan adalah seorang yeoja. Sadar dilihat oleh banyak orang sang yeoja melirik ke belakang dengan mata tajamnya. Orang-orang di sekitar tempat itu segera mengalihkan pandangan melihat tatapan tajam yeoja itu yang membuat wajah cantiknya luntur seketika.
Seorang namja keturunan Thailand tak mengikuti kegiatan orang-orang pada umumnya. Matanya tetap berkutat mengikuti gerakan-gerakan lihai yeoja si pemukul bola baseball itu. Sorot matanya terus ‘menguntit’yeoja itu sampai akhirnya yeoja itu beranjak dari tempatnya dan meletakan tongkat baseball sewaan itu di tepi arena.
“Geu ahjusshi... sudah berapa jam aku main tadi?” Tanyanya sembari menyunggingkan senyuman.
“Aigooo... sayang sekali kau bukan namja, Yein-ssi. Pemain-pemain baseball yang sering datang kemari saja tak ada yang lebih hebat dari mu!” Ujar seorang ahjushi penjaga arena antusias.
“Ahh, itu biasa saja. Namja-namja itu lebih kuat dari pada diriku. Ah ne! Berapa tagihannya?” Yein mengalihkan pembicaraan mengingat sekarang sudah malam dan harus bergegas pergi dari tempat itu.

“Cukup bayar 5000 won saja untuk permainan mu hari ini.” Ahjussi itu mengacungkan ke 5 jarinya kepada Yein.
“Jeongmal?” Tanyanya berdecak senang. “Hwaaa!!! Gamsahamnida, Ahjussi!” Yein menunduk hormat lalu menyerahkan uang 5000 won miliknya. Iya pun beranjar pergi menuju pintu keluar arena latihan baseball itu.
Namja keturunan Thailand itu menerawang kel luar pintu yang barusan dibuka oleh Yein yang keluar. Kini anak Thailand yang bisa di panggil Bambam itu menggumamkan sebuah nama... “Yein...”
“Yakhh noe!” Sapa teman seketurunannya, Mark. Bambam yang tadi memenungi kepergian Yein terkejut dan memandang Mark tajam setelah apa yang ia lakukan.
“Noe!” Ucap Bambam ketus.
“Nan waeee?” Mark menyunggingkan senyumannya serta mencibir Bambam. Bambam masih menatap tajam temannya itu karena telah mengganggu kegiatan ‘daydream’nya itu. “Kau menyukai gadis Korea itu?” Lanjut Mark
“Menyukainya? Kau gila?”
“Aku? Gila? Bukannya kau yang gila memandangi gadis itu hingga akhir?”
“....”
“Khun Bambam~” Ucap Mark dengan sedikit menggelikan sembari mencubiti pipi Bambam. Bambam segera menepis tangan Mark dan menatapnya tajam kembali.
“Ayo kita pulang!” Bambam pun menyeret Mark keluar tempat itu.
***
Tringgg!!!! Tringgg!!!! Tringg!!!
Bel tanda masuk di SMA itu berbunyi dan membuat murid-murid sekolah itu berhamburan ke kursi masing-masing. Termasuk kelas dimana Yein berada. Namun desas desus di kelas ini masing mendengung bak lebah. Tak salah lagi kelas ini akan kedatangan murid baru yang ‘katanya’ tampan.
“Katanya dia dari luar Korea!” Seru seorang siswi berambut panjang lurus.
“Jinja?! Kira-kira dari mana?!” Namja berambut coklat menimpal tak kalah seru.
“Miguk?! (Amerika)” Tanya siswi berkaca mata itu bertanya penasaran.
“Atau Jepang?!” Tebak siswa bermata sangat sipit.
“Akhh molla!!! Yang jelas dia tampannn!” Siswi berambut panjang lurus itu berteriak setelah mendengar pertanyaan yang menghujaninya.
“Yakhh, Ahn Yein! Apa kau tidak penasaran dengan hal ini?” Tanya Jiyeon yang sedang mengenakan eyeliner-nya.
“Molla.. Aku sedang tak bernafsu membahas segala seuatu tentang ‘namja’.” Tutur Yein lemas.
“Kau main baseball hingga malam lagi?” Tanya Jiyeon sembari menghentikan aktifitasnya dan fokus memperhatikan Yein. Tak ada jawaban dari Yein. Ia hanya menyembunyikan wajahnya dengan telungkupan tangan di atas meja. “Yaa, malhae..”
“....”
Tiba-tiba pintu kelas dibuka. Yein yang menyadari kedatangan songsaenim-nya itu tiba-tiba saja menegakan kepala. Semua kelas diam melihat songsaenim mereka yang diekori seorang namja yang cukup tampan. Yeoja-yeoja yang penasaran dari tadi kini hanya bisa terkagum-kagum melihat orang asing ini.
“Beri hormat” Ucap ketua kelas. Semua kelas berserta isinya pun menunduk memberi hormat pada guru mereka.
“Chaa, ini dia...” Kim songsaenim terdiam sejenak melihat kertas yang bertuliskan nama anak baru ini. “Hmm, mungkin lebih baik kau yang memperkenalkan diri mu kepada teman-teman barumu.” Ujar Kim songsaenim yang sepertinya sudah benar-benar kebingungan menebutkan nama anak baru ini. Anak lelaki itu mengangguk dan mulai memperkenalkan nama.
“Annyeonghaseo. Nae ireummi.. akhh anni,” anak itu berfikir sejenak, “Kalian bisa memanggilku Bambam. Aku dari Thailand. Banggapseumnida. Oh iya, jangan cemas dangan bahasa Koreaku. Aku bisa berkomunikasi dengan baik dengan Bahasa Korea.” Seulas senyuman menghiasi wajah Thai-nya itu.
“Cha, Bambam, kau bisa duduk sebelah kursi yang paling sudut.” Tak salah lagi, Kim songsaenim menunjuk kursi persis di sebelah Yein. Bambam melangkah ke sana. Matanya menangkap wajah yang ia ekori semalam. Siapa lagi kalau bukan Yein.
Mata mereka bertemu. Bambam tersenyum tipis sementara Yein hanya mengangguk dan akhirnya menunduk. Bambam menduduki kursi berwarna coklat muda itu. Menoleh kesebelahnya sebentar dan dengan cepat menoleh kedepan sebelum akhirnya Yein menoleh ke arahnya.
(Author PoV end)
***
(Yein PoV)
“Yein-a.. Jeongmal mianhae. Aku tak bermaksud apapun kepada Eunji.”
“Kau mau kan memaafkan ku?”
“Ayo kita pergi bersama setelah pulang sekolah. Heum?”
“Yein-a. Tolong jawab aku sekali ini saja...”
Aku segera menekan tombol delete pada layar handphone-ku setelah mendapatkan 4 pesan berturut-turut dari namja menyebalkan itu. Berkali-kali ia hanya membuat alasan ‘aku tidak bermaksud’ membuatku benar-benar kesal pada dirinya itu. Entah kini aku ingin menangis karenanya namun aku tak sudi untuk menangisinya.
Aku melangkah kesal ke atap sekolah di jam istirahat ini. Ku melangkah secepat yang aku bisa sebelum dia keluar dari kelasnya. Ku buka pintu besi tua itu dan melangkah keluar melihat langit biru di atas sekolah ini.
“AKKHHHH AHN YEIN PHABO!” Teriakku histeris.
Mengapa ku begitu sulit melepaskan namja yang satu ini. Seperti orang bodoh setiap kali ia meminta maaf pada ku tentang hal ini dan itu dengan mudahnya aku memaafkanya. Tapi untuk kali ini rasanya aku bosan untuk berkata ‘aku memaafkan mu’
“Hei! Siapa di sana?!” Seru seseorang yang membuat ku terkejut. Setauku tak ada orang yang mau menghabiskan waktu di atap sekolah sewaktu jam istirahat selain aku. Tiba-tiba seorang namja muncul di balik tembok pilar yang entah mengapa ada di atas atap sekolah ini.
“Oh , Yein-a..” Ucap nama anak baru yang datang tadi pagi itu. Tunggu... aku lupa namanya.
“Apa yang kau lakukan di sini?” Tanyaku heran.
“Hmm... menghindari jam pelajaran mungkin. Hehe..” Tuturnya sembari tekekeh. “Jadi... jam pelajaran telah usai ?” Kini Si Anak baru itu bertanya dengan kikuknya.
“Ne.” Jawabku singkat.
“Lalu kau sedang apa di sini? Mengapa kau berteriak sangat keras? Apa pelajaran matematika tadi terlalu sulit?” Pertanyaan berentet dia lontarkan kepada ku. Ternyata dia cukup cerewet.
“Anni... Aku tidak melakukan apapun..” Gumamku.
“Bukannya tadi kau berteriak?” pertanyaanya mulai menyudutkan ku untuk jujur.
“Itu..” Aku berusaha mencari alasan namun...
“Adakah yang kau sembunyikan Nona Ahn?” Dia memotong kata-kataku. Benar-benar menyebalkan.
“Yakhh noe cheon hakseng!” Ucapku berteriak padanya dan memandangnya kesal.
“Ehm... mianhae.” Dia menunduk seketika. “Ngomong-ngomong permainan baseball-mu kemarin malam sangat keren.” Aku menyengitkan dahi mendengar perkataanya. Dari mana dia tau kalau tadi malam aku bermain baseball?
“Bermain baseball? Kau melihatnya?” Tanyaku heran.
“Cromyeon. Mana ada mata yang mau mengalihkan pandangan dari yeoja sangat cantik yang bermain baseball sangat hebat?” Tuturnya antusias. Tapi...
“Eng... Apa katamu tadi?” tanyaku meyakinkan.
“Eh... anni-a. Maksudku yeoja... yang hebat bermain baseball sangat hebat.” Jawabnya kikuk sembari memberi senyum terbaiknya.
“Kau berbohong. Ada satu kata yang kau hilangkan.”
“Oh itu. Ya, kenyataanya begitu dan tak perlu di perjelas karena memang sudah jelaskan?” Aku terkekeh mendengar pernyataanya dan berkata...
“Hehe, ada-ada saja.” Dan... pada akhirnya ku bertanya setelah percakapan di atas atap ini yang menurutku bukan percakapan yang singkat dan tentu saja dengan rasa malu yang perlu dikubur terlebih dahulu, “Oh iya. Siapa nama mu?”
 “Wahhh, jinja... kau benar benar tak tau namaku?” Dia terkejut dan terlihat di wajahnya guratan kekecewaan. “Aigoo... nama ku Bambam.”
“Hehe mian aku melupakan yang satu itu. Bagaimana kalau aku mentraktir mu?” Tawarku. “Anggap saja ini untuk pertemuan pertama kita.”
“Memang ada yang begitu di Korea?”
“Hmm, ada biasanya ada acara penyambutan pada anak baru. Namun kali ini biar aku yang melakukannya, hehe.”
“Bolehkah?”
“Ahh, sudalah jangan banyak bertanya ayo kita ke kantin sekolah.” Ucapku sembari menarik tangannya sebelum dia bertanya lagi.
(Yein PoV End)
(Bambam PoV)
She’s holding my hands... Aku rasa ini hanyalah sebuat angan-angan yang tak mungkin mencapai tanah. Namun kini ia benar-bernar menggenggam tangan ku walau hanya untuk menyeret ku pergi ke kantin sekolah ini hehe. Namun saat tiba di lantai teratas sekolah ini seseorang yang terengah-engah mencegatku. Yein terkejut melihat namja itu. Apakah dia...
“Yein-a... aku ingin berbicara pada mu. Jebal, sekali ini saja beri aku kesempatan untuk bicara padamu.” 
“Apa lagi yang ingin kau jelaskan? Buakankah itu sudah jelas, Jinyoung-a?” Ucap Yein ketus.
“Kau salah.” Ucap namja yang disebut Jinyoung itu
 “Kajja, Bambam-a.” Yein menarik tanganku dan berjalan amat cepat meninggalkan Jinyoung yang terpaku.
***
Kami berdua memesan makan di kantin sekolah. Aku yang sedaritadi sudah lapar mengambil sumpit di tepi mangkuk sup itu. Berbeda dengan orang di depan ku yang hanya menatap datar supnya. Jalankan mengambil sumpit, selera makannya seperti sudah musnah semenjak bertemu dengan namja yang bernama Jinyoung tadi.
“Noe gwenchana?” Tanyaku.
“Gwenchana-yeo. Wae?” Dia hanya tersenyum paksa saat mengatakan dia baik-baik saja.
“Kalau begitu kau harus makan.” Jawabku.
“Sepertinya aku sudah kenyang.” Dia bangkit dri kursinya. “Makan saja jika kau mau. Aku harus segera pergi. Ah, ne. Aku juga akan bayar bill-nya.” Yein berlalu amat cepat dan Aku juga tak sempat mencegatnya.. Ada apa dengannya hari ini?
***
Setelah menghabiskan 1 setengah mangkuk sup (yang setenganya punya Yein) aku beranjak dari kantin dan segera mennuju kelasku. Aku berdiri di ambang pintu dan melihat ke dalam. Tak ada Yein di sana. Apakah dia pergi ke atap sekolah? Aku berbalik namun akau menemukan Jinyoung yang sedang mengangkat tangannya. Dia segera menurunkan tangannya dan menyapaku.
“Annyeong.” Aku hanya mengangguk akward padanya. Apa yang dia lakukan di sini? “Apakah Yein ada di dalam?” Tanyannya.
“Eopseo..” Jawabku singkat.
“ Boleh aku bicara padamu sebentar?” Matanya nanar. Ada apa diantara ke dua orang ini?
“Eo, kita akan bicara dimana?” Tanyaku.
“Darawa.”
***
“Mian, telah mengganggu mu.” Ujar Jinyoung.
“Anni-a.” Jawabku singkat.
“Ah ne. Kita bahkan belum berkenalan. Perkenalkan namaku, Jinyoung. Siapa namamu?”
“Bambam. Sebut saja begitu. Kau ingin membicarakan apa?”
“Geu... Apa kau sudah lama mengenal Yein?” Dia memandangku lurus.
“Hmm.. mungkin baru 1 hari. Wae?”
“Apakah kau pernah melihatnya di arena permainan baseball? Apa yang ia lakukan saat di atap sekolah?”
“Pernah. Bahkan pukulannya selalu home run. Dia hanya berteriak di atap sekolah.” Tuturku.
“Seburuk itukah?” Jinyoung menghela nafasnya dan bergumam.
“Mian, tapi sebenarnya ada apa di antara kalian berdua?” Aku benar-benar penasaran kepada kedua orang ini. Entah mengapa ku ingin mengetahuinya.
“Kami bertengkar.” Jawab Jinyoung singkat
“Kalian berpacaran?” Jinyoung hanya mengangguk pelan. “Ah, ayolah itu hal biasa terjadi.”
“2 minggu penuh tak pernah berbiacara kau bilang ini biasa?” Pertanyaan Jinyoung membuatku benar-benar tercekat. Baru ku bisa paham kenapa Jinyoung berkata ‘separah itukah’
“Ngomong-ngomong kenapa kalian bisa bertengkar?”
“Itu karena..." Jinyoung menceritakan semua hal yang terjadi padanya dan Yein. Kalau di analisa, hal ini seakan tak masuk akal dan seolah hanya cerita rekayasa untuk sebuah alasan. “Aku benar-benar putus asa makanya aku bercerita padamu.” Tuturnya.
“Jadi waktu itu kau dijebak di ruang Dance sekolah lalu yeoja yang bernama Jung Eunji itu menciummu saat Yein datang ke sana?”
“Eoh...”
“Pantas saja dia amat marah kepadamu.”
“Chigeum ottokhe?”
“Mungkin aku bisa memberi mu sedikit saran...” Aku membisikan suatu ide gila kepada orang yang baru ku kenal ini. Semoga saja bisa membantunya. Jinyoungpun mengangguk setuju padaku. Sepertinya aku akan jadi ‘Angle Helper’.
***
“Bagaimana hari pertamamu di SMA?” Tanya Mark padaku yang sedang mengotak-ngatik laptop.
“Lumayan..”
“Aku dengar yeoja malam itu satu sekolah dengan mu.”
“Bahkan dia sekelas dengan ku.”
“Jinja? Daebak! Berarti kau bisa dengan mudah mendekatinya.”
“Aku sudah melupakan hal itu. Dia sudah memiliki pacar.”
“Jeongmal?”
“Eoh..”
“Lalu sekarang?”
“Aku menjadi angle helper-mereka.”
“Maksudnya?”
Aku memberhentikan kegiatanku dan berfokus untuk bicara pada Mark. “Mereka berdua sedang ada masalah. Entah mengapa hari pertamaku malah membantu kedua orang itu berbaikan.” Tuturku.
“Pasti menyakitkan.”
“Anni. Aku senang telah membantu mereka.” 
“Tapi...”
“Ayolah, dalam kondisi seperti ini tak ada yang bisa ku lakukan. Membantu mereka adalah hal terbaik.”
“Sahabatku benar-benar sudah dewasa.” Mark menepuk bahuku. 
“Negara ini benar-benar magis.” Gumamku.
(Bambam PoV end)
***
(Author PoV)
Hari ini adalah hari yang dijanjikan Bambam untuk membantu Jinyoung. Bambam tak sendirian. Jinyoung membawa beberapa temannya untuk membantu. Ya, di sebuah taman di tepi kota ini sudah dihiasi lampu-lampu kecil yang berwarna-warni yang menerangi malam musim semi di kota Seoul. Tak lupa sudah di sediakan panggung kecil untuk sebuah ‘pertunjukan’ malam ini. Jiyeon akan akan membawa Yein ke sini tepat jam 9 malam nanti.
Beberapa menit kemudian, sebuah pesan singkat di terima oleh Jinyoung. Mereka sudah dekat dari tempat ini. Jinyoung memberi tanda untuk bersiap-siap. “Semoga sukses, chingu.” Ucap Bambam seraya memepuk bahu Jinyoung. Jinyoung tersenyum kepada teman barunya itu.
Yein kini berada di depan panggung  dan masih kebingungan terhadap apa yang terjadi saat ini. tirai panggung di buka dan lagu I’am sorry yang di populerkan oleh boyband asal korea yang bernama Teen Top itu diputarkan. Jinyoung bernyanyi sembari menunjukan gerakan dance yang lincah.
I’m sorry
I’m sorry, my girl
But i love you
I love you 
Uri munchi eopsoe...
Jinyoung memjemput Yein di bawah panggung dan membawa Yein keatas panggung. “Mianhae.. aku tidak bisa menjaga diri ku dari jebakan yang dilakukan oleh orang lain. Maukah kau memaaafkan kesalahan bodohku ini?” Tanya Jinyoung sembari menyerahkan setangkai mawar dengan cara belutut di depan Yein. 
“Maaafkan.. Maaafkan.. Maaafkan.. ” Ucap orang-orang di sekitar sana sembari menepukan tangannya. Yein mengangguk sembari menerima mawar yang diberikan oleh Jinyoung. Semua berbahagia. Apalagi pasangan yang sedang berpelukan di atas panggung itu. Ya, semua...
(Author PoV)

No comments:

Post a Comment