Title : Love In Next Life
Author :
Salsabilla
Rating :
13+
Main Cast :
-Lee Sungyeol
-Jung Haneul
Other Cast :
-Infinite Member (Sungyeol’s Friend)
-Jang Eunho (Sungyeol’s Friend)
-Shin Seulbin (Haneul’s Friend)
-Park Hyunsu (Haneul’s Friend)
Note :
Don’t copy without permission ;). Kalau fontnya warna biru, itu berarti
flashback, ne? Kalo font nya bold berarti telpon ne? ‘-‘)b
*RAIN, RAINBOW, AND STARLIGHT**PART 2*
(Author PoV)
Sungyeol dan Haneul
pulang menuju ke rumahnya masing masing. Setelah mereka sampai di halte bus dan
memasuki kawasan komplek rumah mereka, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Padahal
rumah mereka masih 1 KM jauhnya.
“Sungyeol, chigeum eotthoke?” Haneul mulai cemas.
Akhir-akhir ini sering hujan lebat dan berhentinya lama sekali.
“Kita lari saja!” Ajak
Sungyeol sambil mengulurkan tangannya. Haneul pun menggenggam erat tangan
Sungyeol dan mereka pun berlari bersama. Romantis sekali. Semua itu berakhir karena....
“Akkh!!
Sung...Sungyeol-a...” Karena licinnya jalan, Haneul terpeleset dan langsung
tesungkur di aspal yang di basahi air hujan.
“Haneul-a, noe
gwenchana?” Haneul hanya menggeleng. Sungyeol melihat lutut Haneul yang
dilumuri air bercampur darah. “Naik ke punggungku.” Tiba tiba Sungyeol
menjonkok membelakangi Haneul.
“Tidak usah... aku
berat...” Haneul hanya menunduk lemas.
“Memang kau bisa berjalan
dengan keadaaan seperti itu? Coba berdiri.” Haneul mencoba untuk berdiri. Tapi
percuma, pada akhirnya Haneul hanya terjatuh lagi. Sungyeol membalik menghadap
Haneul.
“Apakah sangat sakit?”
Ucapnya sambil mengusap pipi Haneul. Dia tau Haneul menangis hanya saja
ditutupi oleh air hujan yang membasahi kota Seoul pada saat itu. Haneul
mengangguk lemas. “Mianhae... Aku yang menyebabkan mu seperti ini...”
“A-annia... ini
bukan salahmu..” akhirnya Haneul berbicara setelah beberapa saat membisu di
bawah derasnya hujan.
“Ayo, naik. Mianhae,
telah membuatmu terluka seperti ini.” Sungyeol berfikir, kejadian hari ini
adalah salahnya. Andaikan dia tidak membawa Haneul pergi, pasti haneul akan
baik-baik saja.
“Sungyeol-a... jangan
menyalahkan dirimu...” Haneul berbicara lagi karena dia merasa bersalah membuat
Sungyeol seperti ini. Ya, itu yang dia baca dari raut wajah Sungyeol.
“Cepat naik ke punggung
ku. Apa kau mau masuk angin?” Sungyeol mengalihkan pembicaraan dan kembali
menjongkok dan membelakangi Haneul lagi. Akhirnya Haneul mau naik ke
punggungnya Sungyeol. Dibawah derasnya hujan, Sungyeol menggendong Haneul.
Dengan hal itu, perasaan Sungyeol biasa lebih baik.
***
“Sungyeol-a, kita istirahat dulu di taman. Aku bawa kotak P3K, mungkin aku bisa mengobati luka ku.” Ucap Haneul yang merasa Sungyeol sudah cukup kelelahan di bawah hujan yang tak ada henti hentinya.
“Ne... Neul-a.”
Deru nafas Sungyeol terdengar tersengal
sengal. Mereka beristirahat di sebuah tenda yang terletak di taman dekat rumah
mereka itu. Walau taman itu kecil, tapi cukup indah. Puluhan jenis bunga tumbuh
di taman itu. Menghasilkan warna-warna yang indah di setiap tepi taman itu.
“Kotak P3K nya mana?”
tanya Sungyeol pada Haneul.
“Ini. Kenapa?” Ucap
Haneul sambil mengeluarkan kotak P3K dari tasnya.
“Sini, biar aku obati
luka mu.” Sungyeol mengulurkan tangannya.
“Tidak usah. Biar aku
saja yang mengobati.”Haneul menolak sambil mengeluarkan beberapa peralatan dari
kotak P3K itu.
“Kau ini...” Sungyeol
mengambil kapas dan membasahinya dengan air hujan. Dia membersihkan pasir-pasir
kecil yang masih melekat di lutut Haneul dengan cekatan. “Apa sakit?” Haneul
hanya terdiam dalam lamunannya. Saat ini dia saling menatap dengan Sungyeol.
-Melihatmu seperti itu
adalah obat bius bagi ku...- batin Haneul.
“Ha—neul-a? Wae
geurae?” Sungyeol bingung melihat Haneul yang membatu seperti ini.
“Dasar namja
menyebalkan...” Ucap Haneul sambil mendorong Sungyeol. Akhirnya, Sungyeol
terduduk di tanah. Seragam putinya jadi kotor.
“Yaaaa... Kau kenapa?”
Sungyeol melindik tajam.
“Itu balasan karena kau
sangat baik.” Ucap Haneul dengan wajah tidak bersalahnya. Sungyeol mendekat
pada Haneul. Jarak ujung hidung mereka mungkin hanya beberapa senti. “Wae—waeyo?”
“Dasar yeojaphabo...”
Sungyeol menyentil kening Haneul karena ulahnya itu.
“Akhh, appooo.
Kau jahat sekali.” Haneul mengecutkan bibirnya sambil mengelus-ngelus
keningnya.
“Lebih jahat lagi
dirimu. Aku menembakmu tadi, bukannya membuka rok mu. Tapi kau malah menendang
dan menjitak ku.” Sungyeol juga ikut mengecutkan bibirnya.
“Hehe. Apa sakit?”
tanya Haneul dengan menyengir kuda.
“Jangan tanya lagi.”
Jawab Sungyeol sedikit ketus sambil duduk membelakangi Haneul.
“Aigoo, apa
Sungyeol-ku juga bisa ngambek?” Haneul beranjak dari bangkunya walau ada rasa
nyeri di kakinya. Dia memeluk Sungyeol dari belakang.
“Apa? Sungyeol-ku?”
Perasaan senang terbesit di hati Sungyeol. Tapi yang keluar diraut wajahnya
adalah kebingungan.
“Wae? Memang kau
fikir hanya kau yang bisa bertindak romantis sekaligus iseng dalam waktu
bersamaan?” Tanya Haneul iseng.
“Aku akui kau juga
bisa.” Sungeyeol mendengus tertawa. “Ah, ne. Lukamu belum aku berikan
obat. Duduk dulu. Tapi kok, kau sudah bisa beranjak?” Tanya Sungyeol heran
sambil membantu Haneul berdiri.
“Hanya ngilu sedikit.”
Jawab Haneul sambil tersenyum manis. Haneul duduk di bangku kayu di bawah tenda
itu. Sungyeol membuka botol obat merah.
“Tahan, ne?”
Haneul hanya mengangguk.
“Neul-a? Kau tau?
Sesudah hujan pasti ada pelangi.” Ucap Sungyeol sambil meneteskan obat itu di
luka Haneul. Seketika hujan yang sangat deras perlahan berhenti.
“Nan arrayeo.”
Sahut Haneul.
“Walaupun sekarang kau
sakit, pasti kau akan sembuh.” Pelahan awan-awan yang ada di langit mulai
menjarak. Munculah sinar kuning yang meluncur diantara tumpukan kapas langit
itu. “Seperti hujan dan pelangi...” Sungyeol berdiri. Kakinya terasa pegal
setelah melipat kakinya beberapa saat.
“Sungyeol-a, kau
melihat ramalan cuaca pagi ini?” Tanya Haneul yang hanya dibalas gelengan oleh
Sungyeol. “Jangan berbohong.” Ucap Haneul sambil mendongak dan memandang
lekat-lekat mata bulat Sungyeol. “Aku serius. Memang kenapa?” Tanya Sungyeol
heran.
Haneul mengalihkan
pandangannya ke arah belakang Sungyeol. Seungyeol pun mengikuti Haneul. Mereka
berdua melihat sebuah lengkungan. Lengkungan dengan perpaduan warna-warna yang
indah dan dapat memanjakan mata. “Aku berani sumpah tadi pagi tidak melihat
ramalan cuaca...” Sungyeol menggeleng tidak percaya.
“Yakhhh, kenapa kau
hebat sekali?” ucap Haneul sambil memukul lengan Sungyeol.
“Molla”.
Sungyeol hanya mendengus tertawa.
“Kita pulang sebentar
lagi, ne?”
“Rugi kalau tidak
melihat kejadian langka ini...” Sungyeol duduk di sebelah Haneul sambil
menikmati pelangi yang mengihiasi langit Seoul sore itu.
(Author PoV end)
***
(Sungyeol PoV)
“Hwacim!!!
Yeobseo...” Aku mengangkat telpon sambil mengosok-gosok hidung bagian bawahku.
“Baru
hujan-hujanan kau sudah sakit begitu.” Suara yang sudah bisa ku tebak siapa
dia.
“Eunho?”
“Ne.
Ini Jang Eunho. Wae? kau sudah melupakan aku karena sudah
mendapatkannnya?” Tanya Eunho dengan nada sinis.
“Yaa,
kau tau dari mana?” Aku terkejut sambil mendengus tertawa.
“Apa?
Jadi benar? Chukae Lee Sungyeol.” Ucapnya dengan nada ceria. ‘Tut...tut...tut’
wah sial anak ini. Dia malah mematikan telponnya. Jang Eunho menyebalkan! Dasar
sesaeng fans! Dengusku dalam hati.
Aku
duduk di kursi meja belajarku. Tepat di depan jendela kamar Haneul. Kyaaa, dia
sedang apa? Karena penasaran aku langsung mengammbil penghapus dan melemparnya
ke jendela kamar haneul. “TUKKKK” ya, sekitar itu bunyi kaca jendela yang
terkena leparan penghapus. Untung tidak pecah.
“Yaaa!
Siapa itu?!” Kenapa suara laki-laki yang terdengar sangat deras? Jangan-jangan....
SUARA
APPA-NYA HANEUL!
Appa-nya
Haneul tampangnya sangar. Mungkin, karena Haneul anak perempuan satu-satunya, appa-nya
sangat melindunginya. Pokoknya, kalau teman yang ingin jalan atau main bersama
Haneul, pasti di introgasi seperti ingin memasuki ruangan khusus. Ckckc.... Aku
juga salah satu korbannya -_-“. Teman yang menemui appa-nya nyalinya
pasti langsung menciut -_-.
“Ah,
appa mungkin salah dengar...” itu dia, Haneul. Untung saja ada dia.
“Geurae?
Hmm, mungkin. Semoga cepat sembuh Haneul.” Apa? Cepat sembuh? Haneul sakit?
setelah aku mendengar kata appa nya haneul, aku mendengar suara pintu
ditutup. Mungkin appa nya mungkin sudah keluar.
Tiba-tiba
saja, jendelanya terbuka. Pasti itu dia!
“Haneul-a?”
“Whacimm!
Annyeong Sungyeol-a.” Sepanya sambil tersenyum setelah bersin.
“Noe
gwenchana?” ucapku cemas. Dia pasti sakit setelah hujan-hujanan tadi.
“Ah—Nan
Gwenchana Sungyeol-a. Kau....”
“Whacimm!”
Aku bersin di saat yang tidak tepat.
“Kau
juga terserang flu?” tebakan Haneul benar.
“Ya,
seperti ini lah. Apanya yang tidak apa-apa? Sudah jelas-jelas kau tadi bersin.”
Ucapku sambil menggosok-gosok hidung bagian bawahku.
“Hehe.
Yaaa, yang tadi jangan di ulang lagi. Bisa-bisa kita dimarahi Appa-ku.”
Ucapnya sambil mengecutkan bibirnya. aku hanya mengangguk patuh. “Sungyeol-a?
Coba lihat ke atas.” Aku mendongak ke atas dan melihat langit malam ini dengan
taburan bintang.
“Jiahhh,
keren sekali....” ucapku berdecak kagum.
“Kau
tau... dirimu itu seperti bintang diujung sana...” ucapnya sambil menunjuk
sebuah bintang. Bintang punya tempat tersendiri, yang kecil tapi yang paling
bersinar.
“Wae?”
Tanya heran sambil mengerutkan dahi.
“Karena
kau spesial. Aku tak bisa melupakan mu karena kau akan terlihat setiap saat.” Ucapnya sambil tersenyum malu.
“Jiahh,
akan kah aku menjadi bintang mu selamanya?” tanyaku sambil tersenyum lebar
menampakan sederet gigi berserta gusi/?
“Molla...”
Ucap nya sambil mendengus tertawa. Malam yang cukup menyenangkan. Melihatnya
bisa menarik kedua sudut bibirnya dan menciptakan senyuman yang indah yang
menjadi matahari di malam ini. Ya ampun, aku pasti sudah gila mengatakan ada
matahari di malam hari.
Yah, dia yang membuatku
menjadi gila begini. Yang membuatku hanya memandang ke satu gadis, yaitu dia.
Pada akhirnya aku berhasil mengatakannya meski sudah terpendam 6 tahun yang
lewat. 6 tahun waktu yang cukup panjang mengatakannya...
“ini, pakailah.”
Ucapku datar sambil menyerahkan baju berwarna pink.
“Pink?”
ucapnya sambil mengerutkan dahi.
“Wae?
Tidak suka?” Aku hanya berbicara datar.
“Oh...
Anni...” dia melambaikan kedua tangannnya,menyangkal perkataanku.
Melihat tingkahnya, aku bisa membaca
pikirannya. “Warnanya? Ya, pasti aneh melihat namja memakai baju warna pink...”
“Tapi
tidak dengan ku...” ucapku malu-malu sambil menggosok leher bagian belakangku.
“hahaha,
bukan itu maksudku...” dia tertawa geli.
“Kau
unik yah. Noe ireummi mwoyeo? Naeireummi Jang Haneul imnida.
Banggeup seumnida” Gadis bernama Haneul itu pun sedikit mengangukkan
kepalannya.
“Naneun
Lee Sungyeol imnida. Banggeup seumnida.” Aku pun menyambut
perkenalannya dengan menganggukkan kepalanya sedikit seperti apa yang dia
lakukan. “Ah, ne. Cepat ganti bajumu. Nanti kau masuk angin” dia pun mengganti
bajunya yang basah tadi dengan baju yang aku berikan padanya di kamar mandi
rumahku.
Beberapa
saat kemudian dia keluar dari kamar mandi. Aku terdiam untuk beberapa saat
sampai akhirnya Haneul menegurku. “Sungyeol-a? Wae geurae?” tanya nya
heran.
Aku menggeleng
cepat. “Ah- gwenchana Neul-a.”
“Hmm,
Neul-a? Mianhae soal yang tadi...” ucapku sambil mengacungkan tangan.
Dia segara menyambut tanganku. “Gwenchana Sungyeol-a.” Ucapnya sambil
menampakan sederet gigi dan berserta gusinya. Senyumnya sama seperti ku.
“Yaaa,
Haneul-a? Kau merasa senyuman kita sama?” tanyaku padanya sambil tersenyum
seperti yang biasa ku lakukan.
“Yeah,
senyuman kita...” kami pun mendengus tertawa. Pada akhirnya kami mengobrol.
Mengobrol dengannya seru juga. Dia memiliki pengalaman yang unik. Entah kenapa
aku merasa lain mengobrol dengannya. Merasa dia orang yang tepat...
(Sungyeol PoV end)
No comments:
Post a Comment