Labels

Sunday, September 8, 2013

Love In Next Life *part 2*

Title                       :  Love In Next Life
Author                  : Salsabilla
Rating                   : 13+
Main Cast            : -Lee Sungyeol
                                 -Jung Haneul
Other Cast          : -Infinite Member (Sungyeol’s Friend)
                                 -Jang Eunho (Sungyeol’s Friend)
                                 -Shin Seulbin (Haneul’s Friend)
                                 -Park Hyunsu (Haneul’s Friend)
Note                      : Don’t copy without permission ;). Kalau fontnya warna biru, itu berarti flashback, ne? Kalo font nya bold berarti telpon ne? ‘-‘)b
*RAIN, RAINBOW, AND STARLIGHT**PART 2*
(Author PoV)
Sungyeol dan Haneul pulang menuju ke rumahnya masing masing. Setelah mereka sampai di halte bus dan memasuki kawasan komplek rumah mereka, tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Padahal rumah mereka masih 1 KM jauhnya.
“Sungyeol,  chigeum eotthoke?” Haneul mulai cemas. Akhir-akhir ini sering hujan lebat dan berhentinya lama sekali.
“Kita lari saja!” Ajak Sungyeol sambil mengulurkan tangannya. Haneul pun menggenggam erat tangan Sungyeol dan mereka pun berlari bersama. Romantis sekali. Semua itu berakhir karena....
“Akkh!! Sung...Sungyeol-a...” Karena licinnya jalan, Haneul terpeleset dan langsung tesungkur di aspal yang di basahi air hujan.
“Haneul-a, noe gwenchana?” Haneul hanya menggeleng. Sungyeol melihat lutut Haneul yang dilumuri air bercampur darah. “Naik ke punggungku.” Tiba tiba Sungyeol menjonkok membelakangi Haneul.
“Tidak usah... aku berat...” Haneul hanya menunduk lemas.
“Memang kau bisa berjalan dengan keadaaan seperti itu? Coba berdiri.” Haneul mencoba untuk berdiri. Tapi percuma, pada akhirnya Haneul hanya terjatuh lagi. Sungyeol membalik menghadap Haneul.
“Apakah sangat sakit?” Ucapnya sambil mengusap pipi Haneul. Dia tau Haneul menangis hanya saja ditutupi oleh air hujan yang membasahi kota Seoul pada saat itu. Haneul mengangguk lemas. “Mianhae... Aku yang menyebabkan mu seperti ini...”
A-annia... ini bukan salahmu..” akhirnya Haneul berbicara setelah beberapa saat membisu di bawah derasnya hujan.
“Ayo, naik. Mianhae, telah membuatmu terluka seperti ini.” Sungyeol berfikir, kejadian hari ini adalah salahnya. Andaikan dia tidak membawa Haneul pergi, pasti haneul akan baik-baik saja.
“Sungyeol-a... jangan menyalahkan dirimu...” Haneul berbicara lagi karena dia merasa bersalah membuat Sungyeol seperti ini. Ya, itu yang dia baca dari raut wajah Sungyeol.
“Cepat naik ke punggung ku. Apa kau mau masuk angin?” Sungyeol mengalihkan pembicaraan dan kembali menjongkok dan membelakangi Haneul lagi. Akhirnya Haneul mau naik ke punggungnya Sungyeol. Dibawah derasnya hujan, Sungyeol menggendong Haneul. Dengan hal itu, perasaan Sungyeol biasa lebih baik.
***

“Sungyeol-a, kita istirahat dulu di taman. Aku bawa kotak P3K, mungkin aku bisa mengobati luka ku.” Ucap Haneul yang merasa Sungyeol sudah cukup kelelahan di bawah hujan yang tak ada henti hentinya.
Ne... Neul-a.” Deru nafas Sungyeol  terdengar tersengal sengal. Mereka beristirahat di sebuah tenda yang terletak di taman dekat rumah mereka itu. Walau taman itu kecil, tapi cukup indah. Puluhan jenis bunga tumbuh di taman itu. Menghasilkan warna-warna yang indah di setiap tepi taman itu.
“Kotak P3K nya mana?” tanya Sungyeol pada Haneul.
“Ini. Kenapa?” Ucap Haneul sambil mengeluarkan kotak P3K dari tasnya.
“Sini, biar aku obati luka mu.” Sungyeol mengulurkan tangannya.
“Tidak usah. Biar aku saja yang mengobati.”Haneul menolak sambil mengeluarkan beberapa peralatan dari kotak P3K itu.
“Kau ini...” Sungyeol mengambil kapas dan membasahinya dengan air hujan. Dia membersihkan pasir-pasir kecil yang masih melekat di lutut Haneul dengan cekatan. “Apa sakit?” Haneul hanya terdiam dalam lamunannya. Saat ini dia saling menatap dengan Sungyeol.
-Melihatmu seperti itu adalah obat bius bagi ku...- batin Haneul.
“Ha—neul-a? Wae geurae?” Sungyeol bingung melihat Haneul yang membatu seperti ini.
“Dasar namja menyebalkan...” Ucap Haneul sambil mendorong Sungyeol. Akhirnya, Sungyeol terduduk di tanah. Seragam putinya jadi kotor.
“Yaaaa... Kau kenapa?” Sungyeol melindik tajam.
“Itu balasan karena kau sangat baik.” Ucap Haneul dengan wajah tidak bersalahnya. Sungyeol mendekat pada Haneul. Jarak ujung hidung mereka mungkin hanya beberapa senti. “Wae—waeyo?”
“Dasar yeojaphabo...” Sungyeol menyentil kening Haneul karena ulahnya itu.
“Akhh, appooo. Kau jahat sekali.” Haneul mengecutkan bibirnya sambil mengelus-ngelus keningnya.
“Lebih jahat lagi dirimu. Aku menembakmu tadi, bukannya membuka rok mu. Tapi kau malah menendang dan menjitak ku.” Sungyeol juga ikut mengecutkan bibirnya.
“Hehe. Apa sakit?” tanya Haneul dengan menyengir kuda.
“Jangan tanya lagi.” Jawab Sungyeol sedikit ketus sambil duduk membelakangi Haneul.
Aigoo, apa Sungyeol-ku juga bisa ngambek?” Haneul beranjak dari bangkunya walau ada rasa nyeri di kakinya. Dia memeluk Sungyeol dari belakang.
“Apa? Sungyeol-ku?” Perasaan senang terbesit di hati Sungyeol. Tapi yang keluar diraut wajahnya adalah kebingungan.
Wae? Memang kau fikir hanya kau yang bisa bertindak romantis sekaligus iseng dalam waktu bersamaan?” Tanya Haneul iseng.
“Aku akui kau juga bisa.” Sungeyeol mendengus tertawa. “Ah, ne. Lukamu belum aku berikan obat. Duduk dulu. Tapi kok, kau sudah bisa beranjak?” Tanya Sungyeol heran sambil membantu Haneul berdiri.
“Hanya ngilu sedikit.” Jawab Haneul sambil tersenyum manis. Haneul duduk di bangku kayu di bawah tenda itu. Sungyeol membuka botol obat merah.
“Tahan, ne?” Haneul hanya mengangguk.
“Neul-a? Kau tau? Sesudah hujan pasti ada pelangi.” Ucap Sungyeol sambil meneteskan obat itu di luka Haneul. Seketika hujan yang sangat deras perlahan berhenti.
Nan arrayeo.” Sahut Haneul.
“Walaupun sekarang kau sakit, pasti kau akan sembuh.” Pelahan awan-awan yang ada di langit mulai menjarak. Munculah sinar kuning yang meluncur diantara tumpukan kapas langit itu. “Seperti hujan dan pelangi...” Sungyeol berdiri. Kakinya terasa pegal setelah melipat kakinya beberapa saat.
“Sungyeol-a, kau melihat ramalan cuaca pagi ini?” Tanya Haneul yang hanya dibalas gelengan oleh Sungyeol. “Jangan berbohong.” Ucap Haneul sambil mendongak dan memandang lekat-lekat mata bulat Sungyeol. “Aku serius. Memang kenapa?” Tanya Sungyeol heran.
Haneul mengalihkan pandangannya ke arah belakang Sungyeol. Seungyeol pun mengikuti Haneul. Mereka berdua melihat sebuah lengkungan. Lengkungan dengan perpaduan warna-warna yang indah dan dapat memanjakan mata. “Aku berani sumpah tadi pagi tidak melihat ramalan cuaca...” Sungyeol menggeleng tidak percaya.
“Yakhhh, kenapa kau hebat sekali?” ucap Haneul sambil memukul lengan Sungyeol.
Molla”. Sungyeol hanya mendengus tertawa.
“Kita pulang sebentar lagi, ne?”
“Rugi kalau tidak melihat kejadian langka ini...” Sungyeol duduk di sebelah Haneul sambil menikmati pelangi yang mengihiasi langit Seoul sore itu.
(Author PoV end)
***
(Sungyeol PoV)
                “Hwacim!!! Yeobseo...” Aku mengangkat telpon sambil mengosok-gosok hidung bagian bawahku.
                “Baru hujan-hujanan kau sudah sakit begitu.” Suara yang sudah bisa ku tebak siapa dia.
                “Eunho?”
                “Ne. Ini Jang Eunho. Wae? kau sudah melupakan aku karena sudah mendapatkannnya?” Tanya Eunho dengan nada sinis.
                “Yaa, kau tau dari mana?” Aku terkejut sambil mendengus tertawa.
                “Apa? Jadi benar? Chukae Lee Sungyeol.” Ucapnya dengan nada ceria. ‘Tut...tut...tut’ wah sial anak ini. Dia malah mematikan telponnya. Jang Eunho menyebalkan! Dasar sesaeng fans! Dengusku dalam hati.
                Aku duduk di kursi meja belajarku. Tepat di depan jendela kamar Haneul. Kyaaa, dia sedang apa? Karena penasaran aku langsung mengammbil penghapus dan melemparnya ke jendela kamar haneul. “TUKKKK” ya, sekitar itu bunyi kaca jendela yang terkena leparan penghapus. Untung tidak pecah.
                “Yaaa! Siapa itu?!” Kenapa suara laki-laki yang terdengar sangat deras? Jangan-jangan....
                SUARA APPA-NYA HANEUL!
                Appa-nya Haneul tampangnya sangar. Mungkin, karena Haneul anak perempuan satu-satunya, appa-nya sangat melindunginya. Pokoknya, kalau teman yang ingin jalan atau main bersama Haneul, pasti di introgasi seperti ingin memasuki ruangan khusus. Ckckc.... Aku juga salah satu korbannya -_-“. Teman yang menemui appa-nya nyalinya pasti langsung menciut -_-.
                “Ah, appa mungkin salah dengar...” itu dia, Haneul. Untung saja ada dia.
                “Geurae? Hmm, mungkin. Semoga cepat sembuh Haneul.” Apa? Cepat sembuh? Haneul sakit? setelah aku mendengar kata appa nya haneul, aku mendengar suara pintu ditutup. Mungkin appa nya mungkin sudah keluar.
                Tiba-tiba saja, jendelanya terbuka. Pasti itu dia!
                “Haneul-a?”
                “Whacimm! Annyeong Sungyeol-a.” Sepanya sambil tersenyum setelah bersin.
                “Noe gwenchana?” ucapku cemas. Dia pasti sakit setelah hujan-hujanan tadi.
                “Ah—Nan Gwenchana Sungyeol-a. Kau....”
                “Whacimm!” Aku bersin di saat yang tidak tepat.
                “Kau juga terserang flu?” tebakan Haneul benar.
                “Ya, seperti ini lah. Apanya yang tidak apa-apa? Sudah jelas-jelas kau tadi bersin.” Ucapku sambil menggosok-gosok hidung bagian bawahku.
                “Hehe. Yaaa, yang tadi jangan di ulang lagi. Bisa-bisa kita dimarahi Appa-ku.” Ucapnya sambil mengecutkan bibirnya. aku hanya mengangguk patuh. “Sungyeol-a? Coba lihat ke atas.” Aku mendongak ke atas dan melihat langit malam ini dengan taburan bintang.
                “Jiahhh, keren sekali....” ucapku berdecak kagum.
                “Kau tau... dirimu itu seperti bintang diujung sana...” ucapnya sambil menunjuk sebuah bintang. Bintang punya tempat tersendiri, yang kecil tapi yang paling bersinar.
                “Wae?” Tanya heran sambil mengerutkan dahi.
                “Karena kau spesial. Aku tak bisa melupakan mu karena kau akan terlihat setiap saat.” Ucapnya sambil tersenyum malu.
                “Jiahh, akan kah aku menjadi bintang mu selamanya?” tanyaku sambil tersenyum lebar menampakan sederet gigi berserta gusi/?
                “Molla...” Ucap nya sambil mendengus tertawa. Malam yang cukup menyenangkan. Melihatnya bisa menarik kedua sudut bibirnya dan menciptakan senyuman yang indah yang menjadi matahari di malam ini. Ya ampun, aku pasti sudah gila mengatakan ada matahari di malam hari.
Yah, dia yang membuatku menjadi gila begini. Yang membuatku hanya memandang ke satu gadis, yaitu dia. Pada akhirnya aku berhasil mengatakannya meski sudah terpendam 6 tahun yang lewat. 6 tahun waktu yang cukup panjang mengatakannya...
                “ini, pakailah.” Ucapku datar sambil menyerahkan baju berwarna pink.
                “Pink?” ucapnya sambil mengerutkan dahi.
                “Wae? Tidak suka?” Aku hanya berbicara datar.
                “Oh... Anni...” dia melambaikan kedua tangannnya,menyangkal perkataanku.
                 Melihat tingkahnya, aku bisa membaca pikirannya. “Warnanya? Ya, pasti aneh melihat namja memakai baju warna pink...”
                “Tapi tidak dengan ku...” ucapku malu-malu sambil menggosok leher bagian belakangku.
                “hahaha, bukan itu maksudku...” dia tertawa geli.
                “Kau unik yah. Noe ireummi mwoyeo? Naeireummi Jang Haneul imnida. Banggeup seumnida” Gadis bernama Haneul itu pun sedikit mengangukkan kepalannya.
                “Naneun Lee Sungyeol imnida. Banggeup seumnida.” Aku pun menyambut perkenalannya dengan menganggukkan kepalanya sedikit seperti apa yang dia lakukan. “Ah, ne. Cepat ganti bajumu. Nanti kau masuk angin” dia pun mengganti bajunya yang basah tadi dengan baju yang aku berikan padanya di kamar mandi rumahku.
                Beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar mandi. Aku terdiam untuk beberapa saat sampai akhirnya Haneul menegurku. “Sungyeol-a? Wae geurae?” tanya nya heran.
                Aku menggeleng cepat. “Ah- gwenchana Neul-a.”
                “Hmm, Neul-a? Mianhae soal yang tadi...” ucapku sambil mengacungkan tangan. Dia segara menyambut tanganku. “Gwenchana Sungyeol-a.” Ucapnya sambil menampakan sederet gigi dan berserta gusinya. Senyumnya sama seperti ku.
                “Yaaa, Haneul-a? Kau merasa senyuman kita sama?” tanyaku padanya sambil tersenyum seperti yang biasa ku lakukan.
                “Yeah, senyuman kita...” kami pun mendengus tertawa. Pada akhirnya kami mengobrol. Mengobrol dengannya seru juga. Dia memiliki pengalaman yang unik. Entah kenapa aku merasa lain mengobrol dengannya. Merasa dia orang yang tepat...


(Sungyeol PoV end)

No comments:

Post a Comment