Title : Good Bye
Time
Author :
Salsabilla
Cast : Jang
Wooyoung
Lee Jieun(OC)
Genre : Sad
Romance
Rating : 13+
Lenght : Oneshoot
Note : Tulisan yang di cetak miring dan warna
biru berarti flashback.
Dont copy without
permission, be good reader ne? Read+Like+Promote+comment
ne? ^^
Happy reading ^^
Aku
tidak bisa melihatmu menugguku...
Aku
tidak bisa melihatmu merindukanku...
Aku
tidak bisa melihatmu tersakiti...
Yang
bisa ku lakukan hanya melepasmu...
Aku melangkah keluar dibawah derasnya hujan musim semi. Ditemani
oleh payung berwarna silver tidak masalah untuk ku. Aneh memang, entah
magnet macam apa yang berhasil menarik ku keluar saat semua orang memilih untuk
berdiam diri di rumah.
Hari ini adalah hari ke-7 aku berada di negara asal
ku. Tujuh tahun aku pergi meninggalkan
negara ini tapi nyaris tidak ada yang berubah. Termasuk kenangan yang telah aku
lalui disini. Semuanya masih tersimpan rapi di otakku.
“Wooyoung
oppa!” Panggil seorang yeoja dari meja coffee shop yang terletak di tepi
jendela. Aku –namja yang dimaksud Wooyoung– berjalan mendekat ke yeoja itu.
“Mianhae,
apa kau sudah menunggu cukup lama?” tanyaku kepada yeoja itu. Lee Jieun. Yeoja
yang berhasil membuatku jatuh hati.
“Anni,
ini baru sepuluh menit.” Jawabnya sambil menarik ujung bibirnya dan menimbulkan
senyuman yang manis.
“Aish,
aku terlambat lagi dan jangan menghitung waktu lagi, aku tidak suka.” Erangku.
“Gwenchana-yeo.
Mianhae oppa.” Dia langsung menunjukan aegyeo poot-nya yang membuat orang yang
melihatnya pasti langsung terkekeh. Jika orang itu adalah aku, efek tambahannya
adalah jantung menjadi tidak stabil. Untuk menenangkannya, aku memutuskan untuk
menarik bangku dan duduk dihadapannya.
Aku percaya bahwa hujan membawa kita kepada kenangan
masa lalu. Baik maupun buruk itu semua terhubung oleh rantai waktu yang abadi.
Lee Jieun, yeoja yang tidak pernah aku lupakan.
Aku melewati sebuah toko bunga. Mawar, bunga yang
terlintas di kepalaku. Mawar dengan tambahan bunga baby breath. Bunga
favorit Jieun yang dulu sering ku berikan saat bertemu. Bunga yang memiliki
sebuah arti penting.
“Jieun-a,
aku membawakan mu bunga...” ucapku sambil menyerahkan buket bunga mawar dan baby
breath yang terlihat cantik.
“hwaa,
jeomal yeppo oppa...” Jieun mengambil buket bunga itu. Matanya terlihat
berbinar-binar melihat buket bunga itu.
“Tapi
yeoja-ku jauh lebih cantik...” gumamku
“Oppa
mengatakan apa?” Perhatiannya langsung memusat kepada ku. Aku yang gugup pun
hanya tersenyum dan menggeleng cepat. Dia hanya terkekeh, sampai akhirnya dia
bertanya kepada ku, “Oppa tau tidak arti bunga baby breath yang di sandingkan
dengan bunga mawar?”.
“Anni,
memang artinya apa?” Tanyaku.
“Ishhh,
memang oppa benar-benar tidak tau artinya apa?” Dia memandangku kesal. Aku yang
memmang benar-benar tidak tau artinya hanya bisa menggeleng.
“Artinya
aku mencintaimu sampai mati.”
‘Aku mencintaimu sampai mati.’ Kata yang terngiang di
kepalaku. Dimataku saat ini melintas seseorang yang aku pikirkan. Seorang yeoja
yang sedang tersenyum manis dengan rambut panjangnya berdiri di halte bus
seberang jalan.
Hampir tak ada yang berubah darinya. Pipi chuby,
rambut panjang, muka mulusnya, mata bulatnya, dan senyuman yang dia ciptakan
dari bibir cherry nya. Kecuali... perutnya yang membuncit dan namja yang
berdiri di sebelahnya. Yang memegang tangannya erat sambil tersenyum bahagia
bersamanya. Sakit...
“Jieun-a...”
lirihku.
“Hmm?”
“Aku akan
sekolah di Amerika...” Jieun memotong kalimatku cepat.
“Jinja?
Whaaa, daebak oppa!” Ucapnya riang sambil bertepuk tangan kecil. Aku menarik
nafasku sebelum mengatakan lanjutan dari kalimatku.
“Dan
tidak tau kapan akan kembali ke sini...” aku memberanikan diri untuk
memangdangnya. Raut berubah 180 derajat. Dia terlihat nanar.
“Gge..geurae?”
Ucap Jieun terbata-bata. Aku memutuskan untuk segera melanjutkan kalimatku yang
‘terpotong’.
“Jangan
pernah menungguku... aku tidak perah tau kapan aku akan kembali...” Disetiap
kata memiliki penekan.
“A..anni-a,
aku akan menunggumu. Aku janji!” Ucap Jieun serius.
“Jieun-a,
andwe. Jebal andwe-yo.” Tegasku.
“Gwenchana,
aku...” Aku memotong cepat perkataannya.
“Aku
tidak suka ditunggu dan menuggu. Kau tau lebih dari pada itu kan?” Air mata
mulai menggenang dipelupuknya. Apapun yang terjadi aku berkomitmen akan
mengatakan semuanya. Itu semua demi kebahagiannya.
“Oppa,
apa tujuanmu melakukan itu hah?” Perlahan air mata itu turun dari pelupuk
matanya.
“Aku
tidak bisa melihatmu menugguku...” Ucapku lirih sambil meraih kedua tangannya.
Gagal, tangannya dengan cepat menutupi mukannya yang memerah.
“.....”
Tidak ada jawaban apapun yang dia katakan. Dia hanya menangis. Untuk
menenangkannya, aku memutuskan untuk beranjak dari tempat dudukku dan pindah ke
sebelahnya. Aku menenggelamkan kepalanya dalam pelukanku.
“Aku
tidak bisa melihatmu merindukanku...” aku mengelus lembut rambut panjangnya
yang halus.
“Aku
tidak bisa melihatmu tersakiti...” Ucapku berat. Tapi yang paling berat untukku
adalah kalimat terakhir yang ingin ku katakan.
“Yang bisa ku lakukan hanya melepasmu...”
Aku sudah melepaskannya. Itu semua permiantaanku. Berarti
dia berhak melakukan apapun yang dia mau. Dan dia sudah mendapatkan haknya untuk
berbahagia bersama orang lain yang lebih baik dari pada aku.
Sejujurnya itu sakit, tapi itu adalah pilihan. Aku bahagia
melihatnya bahagia. Berarti aku juga siap menerima kunsekuensi apapun walaupun
aku harus berpisah bersamanya. Sama seperti dia, aku pun harus menemukan
kebahagiaan bersama orang lain.
No comments:
Post a Comment