Labels

Sunday, October 20, 2013

Fanficton: Good Bye Time

Title      : Good Bye Time
Author   : Salsabilla
Cast      : Jang Wooyoung
              Lee Jieun(OC)
Genre   : Sad Romance
Rating   : 13+
Lenght  : Oneshoot
Note     : Tulisan yang di cetak miring dan warna biru berarti flashback.
Dont copy without permission, be good reader ne?  Read+Like+Promote+comment ne? ^^
Happy reading ^^

Aku tidak bisa melihatmu menugguku...
Aku tidak bisa melihatmu merindukanku...
Aku tidak bisa melihatmu tersakiti...
Yang bisa ku lakukan hanya melepasmu...


Aku melangkah keluar dibawah derasnya hujan musim semi. Ditemani oleh payung berwarna silver tidak masalah untuk ku. Aneh memang, entah magnet macam apa yang berhasil menarik ku keluar saat semua orang memilih untuk berdiam diri di rumah.
Hari ini adalah hari ke-7 aku berada di negara asal ku.  Tujuh tahun aku pergi meninggalkan negara ini tapi nyaris tidak ada yang berubah. Termasuk kenangan yang telah aku lalui disini. Semuanya masih tersimpan rapi di otakku.

“Wooyoung oppa!” Panggil seorang yeoja dari meja coffee shop yang terletak di tepi jendela. Aku –namja yang dimaksud Wooyoung– berjalan mendekat ke yeoja itu.
“Mianhae, apa kau sudah menunggu cukup lama?” tanyaku kepada yeoja itu. Lee Jieun. Yeoja yang berhasil membuatku jatuh hati.
“Anni, ini baru sepuluh menit.” Jawabnya sambil menarik ujung bibirnya dan menimbulkan senyuman yang manis.
“Aish, aku terlambat lagi dan jangan menghitung waktu lagi, aku tidak suka.” Erangku.
“Gwenchana-yeo. Mianhae oppa.” Dia langsung menunjukan aegyeo poot-nya yang membuat orang yang melihatnya pasti langsung terkekeh. Jika orang itu adalah aku, efek tambahannya adalah jantung menjadi tidak stabil. Untuk menenangkannya, aku memutuskan untuk menarik bangku dan duduk dihadapannya.

Aku percaya bahwa hujan membawa kita kepada kenangan masa lalu. Baik maupun buruk itu semua terhubung oleh rantai waktu yang abadi. Lee Jieun, yeoja yang tidak pernah aku lupakan.
Aku melewati sebuah toko bunga. Mawar, bunga yang terlintas di kepalaku. Mawar dengan tambahan bunga baby breath. Bunga favorit Jieun yang dulu sering ku berikan saat bertemu. Bunga yang memiliki sebuah arti penting.

“Jieun-a, aku membawakan mu bunga...” ucapku sambil menyerahkan buket bunga mawar dan baby breath yang terlihat cantik.
“hwaa, jeomal yeppo oppa...” Jieun mengambil buket bunga itu. Matanya terlihat berbinar-binar melihat buket bunga itu.
“Tapi yeoja-ku jauh lebih cantik...” gumamku
“Oppa mengatakan apa?” Perhatiannya langsung memusat kepada ku. Aku yang gugup pun hanya tersenyum dan menggeleng cepat. Dia hanya terkekeh, sampai akhirnya dia bertanya kepada ku, “Oppa tau tidak arti bunga baby breath yang di sandingkan dengan bunga mawar?”.
“Anni, memang artinya apa?” Tanyaku.
“Ishhh, memang oppa benar-benar tidak tau artinya apa?” Dia memandangku kesal. Aku yang memmang benar-benar tidak tau artinya hanya bisa menggeleng.
“Artinya aku mencintaimu sampai mati.”

‘Aku mencintaimu sampai mati.’ Kata yang terngiang di kepalaku. Dimataku saat ini melintas seseorang yang aku pikirkan. Seorang yeoja yang sedang tersenyum manis dengan rambut panjangnya berdiri di halte bus seberang jalan.
Hampir tak ada yang berubah darinya. Pipi chuby, rambut panjang, muka mulusnya, mata bulatnya, dan senyuman yang dia ciptakan dari bibir cherry nya. Kecuali... perutnya yang membuncit dan namja yang berdiri di sebelahnya. Yang memegang tangannya erat sambil tersenyum bahagia bersamanya. Sakit...

“Jieun-a...” lirihku.
“Hmm?”
“Aku akan sekolah di Amerika...” Jieun memotong kalimatku cepat.
“Jinja? Whaaa, daebak oppa!” Ucapnya riang sambil bertepuk tangan kecil. Aku menarik nafasku sebelum mengatakan lanjutan dari kalimatku.
“Dan tidak tau kapan akan kembali ke sini...” aku memberanikan diri untuk memangdangnya. Raut berubah 180 derajat. Dia terlihat nanar.
“Gge..geurae?” Ucap Jieun terbata-bata. Aku memutuskan untuk segera melanjutkan kalimatku yang ‘terpotong’.
“Jangan pernah menungguku... aku tidak perah tau kapan aku akan kembali...” Disetiap kata memiliki penekan.
“A..anni-a, aku akan menunggumu. Aku janji!” Ucap Jieun serius.
“Jieun-a, andwe. Jebal andwe-yo.” Tegasku.
“Gwenchana, aku...” Aku memotong cepat perkataannya.
“Aku tidak suka ditunggu dan menuggu. Kau tau lebih dari pada itu kan?” Air mata mulai menggenang dipelupuknya. Apapun yang terjadi aku berkomitmen akan mengatakan semuanya. Itu semua demi kebahagiannya.
“Oppa, apa tujuanmu melakukan itu hah?” Perlahan air mata itu turun dari pelupuk matanya.
“Aku tidak bisa melihatmu menugguku...” Ucapku lirih sambil meraih kedua tangannya. Gagal, tangannya dengan cepat menutupi mukannya yang memerah.
“.....” Tidak ada jawaban apapun yang dia katakan. Dia hanya menangis. Untuk menenangkannya, aku memutuskan untuk beranjak dari tempat dudukku dan pindah ke sebelahnya. Aku menenggelamkan kepalanya dalam pelukanku.
“Aku tidak bisa melihatmu merindukanku...” aku mengelus lembut rambut panjangnya yang halus.
“Aku tidak bisa melihatmu tersakiti...” Ucapku berat. Tapi yang paling berat untukku adalah kalimat terakhir yang ingin ku katakan.
“Yang bisa ku lakukan hanya melepasmu...”

Aku sudah melepaskannya. Itu semua permiantaanku. Berarti dia berhak melakukan apapun yang dia mau. Dan dia sudah mendapatkan haknya untuk berbahagia bersama orang lain yang lebih baik dari pada aku.
Sejujurnya itu sakit, tapi itu adalah pilihan. Aku bahagia melihatnya bahagia. Berarti aku juga siap menerima kunsekuensi apapun walaupun aku harus berpisah bersamanya. Sama seperti dia, aku pun harus menemukan kebahagiaan bersama orang lain.

No comments:

Post a Comment