Title : Story
Under the Rain
Author :
Salsabilla
Length : Oneshoot
Genre : Romance,
Angst
Cast : -Zelo /Choi
Junhong
-Jung Haneul (OC)
Other Cast : -B.A.P
member
-You will find latter
*Author PoV*
“Zelo-a, kau mau kemana?” tanya Himchan sambil menepuk bahu Junhong.
“Aku ingin keluar sebentar hyung.” Ucap Junhong dengan suara
yang sedikit parau.
“Tapi sebentar lagi hujan. Apa kau yakin akan tetap keluar?”. Junhong
menatap hyung-nya. Himchan mengerti keadaan maknae B.A.P bernama
asli Choi Junhong yang biasa ceria ini tapi tidak untuk saat ini. Sudah 1
minggu dia mengurung diri di dorm. Himchan berfikir sejenak. “Arra-seo,
tapi kau harus cepat kembali. Ne?” Junhong mengangguk mengiyakan
perkataan Himchan.
Junhong berjalan ke arah pintu keluar dorm B.A.P, dia menemukan
sepatu sneakers biru dan langsung memakainya. Saat berada diluar, awan mendung
telah bersiap menjatuhakan titik-titik hujan. Niat Junhong untuk pergi tidak
bisa dibendung oleh awan hitam itu. Entah apa yang merasuki jiwanya, dia
berlari ke luar pagar dorm. Ditengah aktivitasnya, hujan pun turun dengan
derasnya.
*Author PoV end*
*Junhong PoV*
Apakah yang aku lihat sosok dirinya? Apakah yang aku dengar adalah
sosoknya? Apakah yang aku rasakan adalah dirinya? Entahlah. “AKHHHHH!” Aku
berteriak frustasi ditengah hujan lebat ini. Suara ku belum cukup kuat untuk
mengalahkan suara hujan ini. Jalanan begitu sepi mengingat betapa lebatnya
hujan saat ini.
Aku berlari melewati sebuah halte bus. Banyangan dirinya terbesit
kembali dibenak ku. Hujan pertama musim semi tahun lalu. Saat aku pertama kali berjanji
untuk menjaganya. Mungkin hanya 60 detik waktu yang dia butuhkan untuk merasuki
hati ku. Aku pun tidak meragukannya saat itu. Dan waktu untuk melupakannya?
Tidak terbatas.
#Flashback
“Otthokhe Junhong-a, kita terjebak di hujan lebat ini.”
ucapnya sambil murung. Dia, yang membuat hatiku berdebar-debar saat bersamanya.
Aku terjebak di halte ini bersamanya, padahal kami harus pergi ke suatu tempat
utuk menyelesaikan tugas dari songsaenim.
Aku tersenyum kearahnya. “Sepertinya tugas itu tidak bisa di
selesaikan saat ini Haneul-a. Kau lihatkan hujan selebat ini? Anehnya kenapa
tidak ada bus yang lewat?” ucapku sambil menautkan alis.
“Yakh! Choi phabo! Tugas itu harus diselesaikan lusa! Apa...”
DUARRRR! Kilatan petir tiba-tiba muncul ditengah hujan lebat, memotong
perkataan Haneul. Refleks Haneul memeluk ku erat karena ketakutan. Jantungku
berdetak kencang akibat pelukan itu.
Kilatan petir itu telah berlalu, Haneul pun melepaskan pelukannya.
Aku masih mematung akibat aksinya tadi. “Mi..mianhae Junhong-a, aku lancang..”
ucapnya malu-malu. Dia merasa tidak enak karena aksinya tadi.
“Gwenchana, Neul-ssi. Kau takut kilat?” Tanyaku sambil tesenyum.
“Ne... Jjeomal mianhae...” Wajahnya yang berseri berubah
menjadi pucat akibat kilat yang menyambar tadi.
“Gwencana Haneul-a. Aku kan ada disini.” Ujar ku sambil
menepuk-nepuk dada ku.
“Haha, kau bisa saja. Aku yakin kau pasti takut pada sesuatu...”
Haneul memegang dagunya sambil berfikir.
“Aku takut kehilangan mu...” Haneul terkekeh mendengar apa yang ku
katakan barusan. Mungkin dia berfikir ini hanya lah lelucon. Walau aku
mengatakannya dengan tidak sengaja, tapi itu benar apa adanya. Aku memang takut kehilangannya.
“Haha, aku tidak akan menghilang begitu saja Junhong-ssi.” Ucapnya
santai. Aku memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada di hati dan di
fikiran ku saat ini. Prinsipku hanya satu, apapun yang terjadi selanjutnya aku
akan menerimanya. Yang jelas aku sudah berani untuk mengatakannya.
“Kau tau yang aku katakan tadi adalah kebenaran?” Tanya ku sambil
memandang lurus matanya.
“Aku tau, mana mungkin kau tidak takut kehilangan teman sebaik
diriku?” Nada bicara yang terdengar seperti candaan.
“Aku menganggap mu lebih dari teman.” Ujarku sambil tersenyum.
“Maksudmu?” Dia menautkan kedua alisnya. Membingungkan perkataanku
tadi.
“Jadi kau tidak tau? Seharusnya aku mengatakan ini dari awal.” Dia
masih memandangku santai sampai saat ini. Ada apa dengannya? Ok, aku tidak
menghiraukan rasa bingungku dan langsung saja aku mengatakan bahwa, “
Sebenarnya aku menyukaimu dari dulu, Jung Haneul.”
Dia hanya memandangku sambil mendengus tertawa sambil berkata, “Kau
bercanda lagi?”. Ayolah Jung Haneul ,” APA AKU TERLIHAT SEDANG BERCANDA?” Batin
ku.
DUARRRRRR!!!
Petir muncul kembali. Lebih deras dari pada yag tadi. Refleks dia
kembali memeluk ku erat karena ketakutan. Saat dia ingin melepaskan pelukannya,
aku memeluknya erat. “Hei, lepaskan...” Ucapnya malu-malu.
“Dengarkan aku, baru aku akan melepaskan mu. Ok?” Dia mengangguk
mengiyakan pertanyaanku. “Perkataan ku tadi itu semua bukan sebuah candaan atau
sejenisnya. Aku memang menyukai mu dari dulu...” Setelah menarik nafas, ku
lanjutkan perkataanku, “Will you be mine, Jung Haneul?” Akupun melepaskan
pelukan ku.
“Junghong-a... aku... masih belum yakin..” petir di hatiku terdengar
lebih besar bunyinya dari pada bunyi petir yang ke 2. “Apa kau benar
menyukaiku?”
“Tentu saja. Aku tidak ingin bercanda untuk masalah ini.” Ucapku
dengan tenang.
“Aku percaya padamu.”
“So, will you be mine?”
“Yes, I will.”
#Flashback End
Aku tersenyum miris mengingat seperti apa cara ku berjanji padanya.
“DUAR!!!” petir berbunyi dengan kerasnya. Ku tutup kedua telinga. Aku takut, benar-benar
takut akan kenangan yang kulalui bersama petir ini. Angin juga bertiup semakin
kencang memperburuk keadaan.
Angin? Angin seperti ini mengingatkan ku pada tingkahnya. Seberapa
dia anggunnya dia saat menikmati angin yang membuat bunga sakura berguguran.
Jangan lupakan seberapa lucunya dia saat mengenggam gelas kopi saat angin musim
dingin bertiup.
Tik...
Air mataku menetes. Tak tau kemana aku akan mencarinya. Aku hanya
berjalan menyusuri jalan yang sering ku lalui bersamanya. Aku melalui halte itu
lagi. Kini hanya halte yang hancur berserta garis polisi yang tertinggal. Sebuah
tiang masih berdiri kokoh disana. Apakah tulisan kecil itu masih ada?
“Syukurlah. Tulisan itu masih ada di sini," ucapku seraya
mengusap tulisan itu. “Aku menunggu mu disini.” Lirihku membaca tulisan spidol
hitam itu. Maafkan aku untuk datang terlalu lama pada mu, Jung Haneul.
*Junhong PoV end*
*Author PoV*
Junhong masih menatap jalan di hadapannya. Hujan ini memutar
kembali ingatannya kepada kenyataan buruk yang belum bisa dia terima sampai
saat ini. Seminggu yang lalu semua itu terjadi begitu cepat. Kecelakaan yang
menewaskan Haneul dan beberapa orang lainnya.
#Flashback
Dengan cahayanya yang hangat, matahari menyinari kota Seoul . Pagi
yang cukup ramai mengingat betapa bagusnya hari ini. Apalagi sekarang hari
Minggu. Banyak orang yang sedang menunggu di halte. Bukan hanya bus yang
ditunggu oleh orang-orang di sana. Beberapa
menunggu orang yang akan pergi bersama mereka. Seperti halnya Haneul.
Sudah lebih dari setengah jam dia menunggu Junhong. Dia melihat
kesekeliling dan akhirnya menemukan Junhong yang berdiri di seberang jalan
dengan nafas tersengal-sengal. Haneul melambaikan tangan kearah Junhong. Junhong
yang melihatnya tersenyum seketika.
Tinnnnn BRUKKKKKKKKKK!
Mata Junhong membulat. Senyum itu luntur seketika melihat apa yang
terjadi di depan matanya. Sebuah truk lepas kendali dan menabrak halte itu.
Beberapa orang sudah berada di kolong truk tersebut. Darah berceceran
dimana-mana. Salah satu korban terjepit diantara sebuah tiang halte dan kepala
truk.
Tubuh Haneul terjepit disana. Darah segar mengucur dari mulutnya
akibat pendarahan di tubuh bagian dalamnya. Junhong terpaku di seberang jalan.
Beberapa orang menyenggolnya karena terburu-buru pergi ketempat kejadian untuk
menyelamatkan korban yang ada. Bagaikan mayat hidup, tak ada yang bisa
dilakukan Junhong dengan wajahnya yang memucat.
Beberapa menit kemudian beberapa ambulans dan juga polisi datang.
Para petugas kesulitan mengevakuasi para korban. Terlebih mengevakuasi Haneul dengan keadaah
seperti itu. Setengah jam waktu berjalan, petugas berhasil mengevakuasi Haneul
dengan bantuan beberapa alat.
Mata Junhong masih menatap kosong kearah halte yang kini sudah
hancur. Dari jarak beberapa meter, dia melihat petugas akan memasukan Haneul
kedalam mobil ambulas. Kaki yang terpaku tadi kini bisa melangkah lagi. Segera
ia berlari ke mobil ambulans tersebut.
“C-cho-chogie... bisa aku mengantarnyarnya bersama kalian?
A-aku adalah keluarganya..” Ucap Junhong gemetar.
“Masuklah, tuan.” Ucap petugas itu. Junhong melangkah masuk ke
dalam mobil ambulans. Mobil ambulans melesat kencang di jalanan kota Seoul.
Korban yang dibawanya kini dalam keadaan kritis. Petugas berusaha untuk
menyelamatkan Haneul dengan pertolongan pertama. Junhong menggenggam tangan
Haneul erat sambil berdoa untuk keselamatan yeoja-nya itu.
“Mianhae, jjeo...mal... mmian...hae.” Ucap Junhong dengan
bibirnya yang bergetar. “Aku terlambat,” air mata mulai menetes dan turun di
wajahnya, dia melanjutkan perkataanya “Bukalah matamu dan terimalah permintaan
maafku.”.
Mereka tiba di rumah sakit. Mereka
Alat pacu jantung telah disiapkan. Berkali kali alat itu melakukan
tugasnya tetapi tak ada 1 kali pun jantung itu berdetak. Dokterpun menyerah.
Junhong yang sedari tadi hanya bisa terdiam nanar kini bertambah lemah. Nasi
telah menjadi bubur. Haneul pergi selamanya meninggalkan dunia yang fana ini.
#Flashback End
“Yakh apa yang kau lakukan disini?!” Ucap seseorang terkejut.
Junhong menoleh ke asal suara dan menemukan Yongguk dan Daehyun berdiri sambil
memegang payung. mereka berdua berjalan mendekati Junhong. Satu.. dua.. BRUKKK.
Tiba tiba saja semuanya menjadi gelap di mata Junhong.
*Author PoV end*
***
*Junhong PoV*
Dimana aku? Kenapa aku ada di padang rumput? Apa yang terjadi?
Pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikiranku. Aku melihat yeoja dengan
rambut panjang dan gaun putih yang terlihat cantik. Tunggu, apa itu Haneul?
“Haneul-a!”
“Oh, Junhong-a! Kau di sini?!” Ucapnya sambil berlari ke arah ku. “Aku
merindukan mu.” Haneul memeluk ku. Pelukan hangat yang sangat ku rindukan.
“Apa ini benar-benar kau?” Gumamku. Hanaeul hanya terdiam sambil
memeluk ku lebih erat. Ku balas pelukannya itu dan menyersapi aroma tubuhku
yang benar-benar membuatku menjadi gila. “Apakah kau akan selalu bersamaku?”.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Haneul. Hanya bahasa tubuhnya yang
mengatakan bahwa dia tak igin pergi dari ku.
***
Semilir angin menerpa wajahku lembut. Meski demikian ada yang lebih
dari semilir angin ini. Ya, tangan lembutnya membelai setiap partikel kulit ku.
Sesekali dia merapikan rambut dan menelus kepalaku yang kini ada di
pangkuannya. Mata ku tertutup tenang di atas bukit dan bawah teduhan ini.
Bersamanya...
“Junhong-a..”
“Hmm?”
“Kau harus menjaga kesehatanmu...”
“Arraseo...”
“Kau tak boleh sakit...”
“...”
“Kau harus tersenyum setiap hari..” Kepala ku menghadap ke atas,
tepatnya melihat wajahnya. Matanya kini menatap lembut mataku. Ku tunjukan
seulas senyum terbaikku yang kupersembahkan kepadanya. Perlahan ia terus menunduk
hingga... Chu~, “Saranghae, Choi Junhong...” Bibirnya bergetar dan berkata
sekali lagi,”Tak ada kata telambat... karena cinta itu tak punya batas waktu
untuk sebuah penantian.”
Perlahan aku merasakan sesuatu yang hangat mendarat di wajahku. Ku lihat
dia menangis sembari tersenyum. Ku hapus air matanya dengan jemariku. Air mata
yang hangat... yang keluar dari kehangatan hati yang akan selalu ku rindukan.
Hari ini... esok... dan keesokan harinya... aku akan selalu merindukan dirimu
di bawah naungan hujan ini.
*Junhong PoV End*
*Author PoV*
Junhong membuka matanya dan disaksikan oleh member B.A.P. Seulas
senyum ia tunjukan kepada kelima namja yang sedari tadi menunggunya
untuk bangun dari tidurnya yang bisa dibilang lumayan panjang. Semua member
merasa lega melihat senyuman yang seminggu ini tak ia ukir di wajah maknae-nya
itu. Semua berbahagia. Termasuk Haneul yang kini memperhatikannya jauh dari
sana. Ya... Jauh di sana...
END
No comments:
Post a Comment