Labels

Friday, May 15, 2015

FF Story Under the Rain


Title                 : Story Under the Rain
Author             : Salsabilla
Length             : Oneshoot
Genre              : Romance, Angst
Cast                 : -Zelo /Choi Junhong
                          -Jung Haneul (OC)
Other Cast       : -B.A.P member
                          -You will find latter
*Author PoV*
“Zelo-a, kau mau kemana?” tanya Himchan sambil menepuk bahu Junhong.
“Aku ingin keluar sebentar hyung.” Ucap Junhong dengan suara yang sedikit parau.
“Tapi sebentar lagi hujan. Apa kau yakin akan tetap keluar?”. Junhong menatap hyung-nya. Himchan mengerti keadaan maknae B.A.P bernama asli Choi Junhong yang biasa ceria ini tapi tidak untuk saat ini. Sudah 1 minggu dia mengurung diri di dorm. Himchan berfikir sejenak. “Arra-seo, tapi kau harus cepat kembali. Ne?” Junhong mengangguk mengiyakan perkataan Himchan.
Junhong berjalan ke arah pintu keluar dorm B.A.P, dia menemukan sepatu sneakers biru dan langsung memakainya. Saat berada diluar, awan mendung telah bersiap menjatuhakan titik-titik hujan. Niat Junhong untuk pergi tidak bisa dibendung oleh awan hitam itu. Entah apa yang merasuki jiwanya, dia berlari ke luar pagar dorm. Ditengah aktivitasnya, hujan pun turun dengan derasnya.
*Author PoV end*


*Junhong PoV*
Apakah yang aku lihat sosok dirinya? Apakah yang aku dengar adalah sosoknya? Apakah yang aku rasakan adalah dirinya? Entahlah. “AKHHHHH!” Aku berteriak frustasi ditengah hujan lebat ini. Suara ku belum cukup kuat untuk mengalahkan suara hujan ini. Jalanan begitu sepi mengingat betapa lebatnya hujan saat ini.
Aku berlari melewati sebuah halte bus. Banyangan dirinya terbesit kembali dibenak ku. Hujan pertama musim semi tahun lalu. Saat aku pertama kali berjanji untuk menjaganya. Mungkin hanya 60 detik waktu yang dia butuhkan untuk merasuki hati ku. Aku pun tidak meragukannya saat itu. Dan waktu untuk melupakannya? Tidak terbatas.
#Flashback
Otthokhe Junhong-a, kita terjebak di hujan lebat ini.” ucapnya sambil murung. Dia, yang membuat hatiku berdebar-debar saat bersamanya. Aku terjebak di halte ini bersamanya, padahal kami harus pergi ke suatu tempat utuk menyelesaikan tugas dari songsaenim.
Aku tersenyum kearahnya. “Sepertinya tugas itu tidak bisa di selesaikan saat ini Haneul-a. Kau lihatkan hujan selebat ini? Anehnya kenapa tidak ada bus yang lewat?” ucapku sambil menautkan alis.
“Yakh! Choi phabo! Tugas itu harus diselesaikan lusa! Apa...” DUARRRR! Kilatan petir tiba-tiba muncul ditengah hujan lebat, memotong perkataan Haneul. Refleks Haneul memeluk ku erat karena ketakutan. Jantungku berdetak kencang akibat pelukan itu.
Kilatan petir itu telah berlalu, Haneul pun melepaskan pelukannya. Aku masih mematung akibat aksinya tadi. “Mi..mianhae Junhong-a, aku lancang..” ucapnya malu-malu. Dia merasa tidak enak karena aksinya tadi.
“Gwenchana, Neul-ssi. Kau takut kilat?” Tanyaku sambil tesenyum.
Ne... Jjeomal mianhae...” Wajahnya yang berseri berubah menjadi pucat akibat kilat yang menyambar tadi.
Gwencana Haneul-a. Aku kan ada disini.” Ujar ku sambil menepuk-nepuk  dada ku.
“Haha, kau bisa saja. Aku yakin kau pasti takut pada sesuatu...” Haneul memegang dagunya sambil berfikir.
“Aku takut kehilangan mu...” Haneul terkekeh mendengar apa yang ku katakan barusan. Mungkin dia berfikir ini hanya lah lelucon. Walau aku mengatakannya dengan tidak sengaja, tapi itu benar apa adanya.  Aku memang takut kehilangannya.
“Haha, aku tidak akan menghilang begitu saja Junhong-ssi.” Ucapnya santai. Aku memberanikan diri untuk mengatakan apa yang ada di hati dan di fikiran ku saat ini. Prinsipku hanya satu, apapun yang terjadi selanjutnya aku akan menerimanya. Yang jelas aku sudah berani untuk mengatakannya.
“Kau tau yang aku katakan tadi adalah kebenaran?” Tanya ku sambil memandang lurus matanya.
“Aku tau, mana mungkin kau tidak takut kehilangan teman sebaik diriku?” Nada bicara yang terdengar seperti candaan.
“Aku menganggap mu lebih dari teman.” Ujarku sambil tersenyum.
“Maksudmu?” Dia menautkan kedua alisnya. Membingungkan perkataanku tadi.
“Jadi kau tidak tau? Seharusnya aku mengatakan ini dari awal.” Dia masih memandangku santai sampai saat ini. Ada apa dengannya? Ok, aku tidak menghiraukan rasa bingungku dan langsung saja aku mengatakan bahwa, “ Sebenarnya aku menyukaimu dari dulu, Jung Haneul.”
Dia hanya memandangku sambil mendengus tertawa sambil berkata, “Kau bercanda lagi?”. Ayolah Jung Haneul ,” APA AKU TERLIHAT SEDANG BERCANDA?” Batin ku.
DUARRRRRR!!!
Petir muncul kembali. Lebih deras dari pada yag tadi. Refleks dia kembali memeluk ku erat karena ketakutan. Saat dia ingin melepaskan pelukannya, aku memeluknya erat. “Hei, lepaskan...” Ucapnya malu-malu.
“Dengarkan aku, baru aku akan melepaskan mu. Ok?” Dia mengangguk mengiyakan pertanyaanku. “Perkataan ku tadi itu semua bukan sebuah candaan atau sejenisnya. Aku memang menyukai mu dari dulu...” Setelah menarik nafas, ku lanjutkan perkataanku, “Will you be mine, Jung Haneul?” Akupun melepaskan pelukan ku.
“Junghong-a... aku... masih belum yakin..” petir di hatiku terdengar lebih besar bunyinya dari pada bunyi petir yang ke 2. “Apa kau benar menyukaiku?”
“Tentu saja. Aku tidak ingin bercanda untuk masalah ini.” Ucapku dengan tenang.
“Aku percaya padamu.”
So, will you be mine?
Yes, I will.
#Flashback End
Aku tersenyum miris mengingat seperti apa cara ku berjanji padanya. “DUAR!!!” petir berbunyi dengan kerasnya. Ku tutup kedua telinga. Aku takut, benar-benar takut akan kenangan yang kulalui bersama petir ini. Angin juga bertiup semakin kencang memperburuk keadaan.
Angin? Angin seperti ini mengingatkan ku pada tingkahnya. Seberapa dia anggunnya dia saat menikmati angin yang membuat bunga sakura berguguran. Jangan lupakan seberapa lucunya dia saat mengenggam gelas kopi saat angin musim dingin bertiup.
Tik...
Air mataku menetes. Tak tau kemana aku akan mencarinya. Aku hanya berjalan menyusuri jalan yang sering ku lalui bersamanya. Aku melalui halte itu lagi. Kini hanya halte yang hancur berserta garis polisi yang tertinggal. Sebuah tiang masih berdiri kokoh disana. Apakah tulisan kecil itu masih ada?
“Syukurlah. Tulisan itu masih ada di sini," ucapku seraya mengusap tulisan itu. “Aku menunggu mu disini.” Lirihku membaca tulisan spidol hitam itu. Maafkan aku untuk datang terlalu lama pada mu, Jung Haneul.
*Junhong PoV end*
*Author PoV*
Junhong masih menatap jalan di hadapannya. Hujan ini memutar kembali ingatannya kepada kenyataan buruk yang belum bisa dia terima sampai saat ini. Seminggu yang lalu semua itu terjadi begitu cepat. Kecelakaan yang menewaskan Haneul dan beberapa orang lainnya.
#Flashback
Dengan cahayanya yang hangat, matahari menyinari kota Seoul . Pagi yang cukup ramai mengingat betapa bagusnya hari ini. Apalagi sekarang hari Minggu. Banyak orang yang sedang menunggu di halte. Bukan hanya bus yang ditunggu oleh orang-orang di sana. Beberapa  menunggu orang yang akan pergi bersama mereka. Seperti halnya Haneul.
Sudah lebih dari setengah jam dia menunggu Junhong. Dia melihat kesekeliling dan akhirnya menemukan Junhong yang berdiri di seberang jalan dengan nafas tersengal-sengal. Haneul melambaikan tangan kearah Junhong. Junhong yang melihatnya tersenyum seketika.
Tinnnnn BRUKKKKKKKKKK!
Mata Junhong membulat. Senyum itu luntur seketika melihat apa yang terjadi di depan matanya. Sebuah truk lepas kendali dan menabrak halte itu. Beberapa orang sudah berada di kolong truk tersebut. Darah berceceran dimana-mana. Salah satu korban terjepit diantara sebuah tiang halte dan kepala truk.
Tubuh Haneul terjepit disana. Darah segar mengucur dari mulutnya akibat pendarahan di tubuh bagian dalamnya. Junhong terpaku di seberang jalan. Beberapa orang menyenggolnya karena terburu-buru pergi ketempat kejadian untuk menyelamatkan korban yang ada. Bagaikan mayat hidup, tak ada yang bisa dilakukan Junhong dengan wajahnya yang memucat.
Beberapa menit kemudian beberapa ambulans dan juga polisi datang. Para petugas kesulitan mengevakuasi para korban.  Terlebih mengevakuasi Haneul dengan keadaah seperti itu. Setengah jam waktu berjalan, petugas berhasil mengevakuasi Haneul dengan bantuan beberapa alat.
Mata Junhong masih menatap kosong kearah halte yang kini sudah hancur. Dari jarak beberapa meter, dia melihat petugas akan memasukan Haneul kedalam mobil ambulas. Kaki yang terpaku tadi kini bisa melangkah lagi. Segera ia berlari ke mobil ambulans tersebut.
C-cho-chogie... bisa aku mengantarnyarnya bersama kalian? A-aku adalah keluarganya..” Ucap Junhong gemetar.
“Masuklah, tuan.” Ucap petugas itu. Junhong melangkah masuk ke dalam mobil ambulans. Mobil ambulans melesat kencang di jalanan kota Seoul. Korban yang dibawanya kini dalam keadaan kritis. Petugas berusaha untuk menyelamatkan Haneul dengan pertolongan pertama. Junhong menggenggam tangan Haneul erat sambil berdoa untuk keselamatan yeoja-nya itu.
Mianhae, jjeo...mal... mmian...hae.” Ucap Junhong dengan bibirnya yang bergetar. “Aku terlambat,” air mata mulai menetes dan turun di wajahnya, dia melanjutkan perkataanya “Bukalah matamu dan terimalah permintaan maafku.”.
Mereka tiba di rumah sakit. Mereka  Alat pacu jantung telah disiapkan. Berkali kali alat itu melakukan tugasnya tetapi tak ada 1 kali pun jantung itu berdetak. Dokterpun menyerah. Junhong yang sedari tadi hanya bisa terdiam nanar kini bertambah lemah. Nasi telah menjadi bubur. Haneul pergi selamanya meninggalkan dunia yang fana ini.
#Flashback End
“Yakh apa yang kau lakukan disini?!” Ucap seseorang terkejut. Junhong menoleh ke asal suara dan menemukan Yongguk dan Daehyun berdiri sambil memegang payung. mereka berdua berjalan mendekati Junhong. Satu.. dua.. BRUKKK. Tiba tiba saja semuanya menjadi gelap di mata Junhong.
*Author PoV end*
***
*Junhong PoV*
Dimana aku? Kenapa aku ada di padang rumput? Apa yang terjadi? Pertanyaan demi pertanyaan melintas di pikiranku. Aku melihat yeoja dengan rambut panjang dan gaun putih yang terlihat cantik. Tunggu, apa itu Haneul?
“Haneul-a!”
“Oh, Junhong-a! Kau di sini?!” Ucapnya sambil berlari ke arah ku. “Aku merindukan mu.” Haneul memeluk ku. Pelukan hangat yang sangat ku rindukan.
“Apa ini benar-benar kau?” Gumamku. Hanaeul hanya terdiam sambil memeluk ku lebih erat. Ku balas pelukannya itu dan menyersapi aroma tubuhku yang benar-benar membuatku menjadi gila. “Apakah kau akan selalu bersamaku?”. Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Haneul. Hanya bahasa tubuhnya yang mengatakan bahwa dia tak igin pergi dari ku.
***
Semilir angin menerpa wajahku lembut. Meski demikian ada yang lebih dari semilir angin ini. Ya, tangan lembutnya membelai setiap partikel kulit ku. Sesekali dia merapikan rambut dan menelus kepalaku yang kini ada di pangkuannya. Mata ku tertutup tenang di atas bukit dan bawah teduhan ini. Bersamanya...
“Junhong-a..”
“Hmm?”
“Kau harus menjaga kesehatanmu...”
“Arraseo...”
“Kau tak boleh sakit...”
“...”
“Kau harus tersenyum setiap hari..” Kepala ku menghadap ke atas, tepatnya melihat wajahnya. Matanya kini menatap lembut mataku. Ku tunjukan seulas senyum terbaikku yang kupersembahkan kepadanya. Perlahan ia terus menunduk hingga... Chu~, “Saranghae, Choi Junhong...” Bibirnya bergetar dan berkata sekali lagi,”Tak ada kata telambat... karena cinta itu tak punya batas waktu untuk sebuah penantian.”
Perlahan aku merasakan sesuatu yang hangat mendarat di wajahku. Ku lihat dia menangis sembari tersenyum. Ku hapus air matanya dengan jemariku. Air mata yang hangat... yang keluar dari kehangatan hati yang akan selalu ku rindukan. Hari ini... esok... dan keesokan harinya... aku akan selalu merindukan dirimu di bawah naungan hujan ini.
*Junhong PoV End*
*Author PoV*

Junhong membuka matanya dan disaksikan oleh member B.A.P. Seulas senyum ia tunjukan kepada kelima namja yang sedari tadi menunggunya untuk bangun dari tidurnya yang bisa dibilang lumayan panjang. Semua member merasa lega melihat senyuman yang seminggu ini tak ia ukir di wajah maknae-nya itu. Semua berbahagia. Termasuk Haneul yang kini memperhatikannya jauh dari sana. Ya... Jauh di sana...
END

No comments:

Post a Comment